Selasa, 24 Agustus 2010

FENOMENA ALAM DI 2010


Fenomena alam bakal terjadi di 2010

By Indah Septiyaning on 14 Januari 2010


Beberapa fenomena astronomi menarik akan terjadi di tahun 2010 ini. Beberapa diantaranya bahkan bisa dikategorikan ‘luar biasa’. Berikut ini peristiwa langit yang akan terjadi di 2010, seperti dimuat laman Space.com seperti dilansir VIVANews.com, Kamis (14/1).

15 Januari Gerhana Matahari cincin terlama

Gerhana matahari cincin akan terjadi pada Jumat 15 Januari 2010, khususnya di Afrika, India, dan China. Gerhana matahari cincin terjadi saat Bulan berada jauh dari bumi sehingga piringannya terlihat kecil dan tidak dapat menutupi seluruh piringan matahari.

Piringan matahari yang tertutup oleh piringan Bulan hanya bagian tengahnya saja, sekitar 92 persen, sehingga bagian pinggir matahari tidak tertutup. Oleh karena itu piringan matahari akan terlihat dari muka bumi seperti lingkaran cincin yang bercahaya.

Gerhana yang akan terjadi berdurasi 11 menit 8 detik. Menurut ilmuwan NASA, ini durasi yang sangat lama, terlama sepanjang milenium. Durasi ini tak akan terulang lagi hingga 3043!

29 Januari, Planet Mars mendekat ke bumi

Hari itu, Planet Mars hanya sejauh 61,7 juta mil dari Bumi. Ini waktu terbaik untuk para pengamat langit untuk mengamati Mars dengan menggunakan teleskop. Meski mendekat, Mars tak bisa diamati maksimal dengan mata telanjang. Mars tidak akan terlihat sebesar Bulan, untuk mata kita Mars hanya seperti bintang kecil di langit.

16 Februari, Jupiter dan Venus akan terlihat bersama

Seperti dua kapal yang melintasi senja, Venus dan Jupiter akan terlihat bersamaan dengan jarak antara 5 derajat. Saat itu Jupiter mendekati matahari, sementara Venus bergerak menjauhi sang surya.

28 Maret sampai 12 April, Venus dan Merkurius seperti berpasangan

Dua planet ini akan merupakan pasangan menarik di langit barat dan barat laut, saat senja. Jarak dua planet ini hanya sekitar lima derajat. Venus muncul ke kiri dan sedikit di atas bayangan Mercurius. Pada tanggal 3 April, mereka akan terlihat sangat dekat, hanya sedikit di atas 3 derajat.

6 Juni, dua fenomena menarik di Langit

Mars akan berjarak kurang dari satu derajat utara dari bintang biru Regulus. Konjungsi ini akan mudah terlihat di langit malam.

Malam yang sama, Jupiter Uranus akan terlihat bersamaan dalam tiga seri konjungsi. Hanya ada enam konjungsi seperti ini antara tahun 1801 dan 2200. Yang terakhir pada tahun 1983 dan berikutnya akan datang antara tahun 2037-2038.

26 Juni, gerhana bulan parsial

Gerhana ini akan terjadi di Kepulauan Hawaii, barat Alaska, Australia, Selandia Baru, wilayah bagian timur Malaysia dan Asia. Di lokasi-lokasi ini, akan terlihat bagian atas bulan gelap oleh bayangan Bumi.

11 Juli, Gerhana matahari total

Gerhana matahari total akan terjadi di 15 mil dari Tahiti dan Pulau Paskah. Sementara di sebuah titik lokasi di Samudera Pasifik Selatan, matahari tertutup total selama 4 menit dan 45 detik.

Awal Agustus, Trio Planet

Mars melewati kurang dari dua derajat di selatan Saturnus pada 1 Agustus. Kemudian, bayangan Venus anya lebih dari 3 derajat ke selatan sembilan hari kemudian; pada 8 Agustus.

Tiga planet itu akan membentuk apa yang Jean Meeus mendefinisikan sebagai “trio,” ketika tiga planet yang sesuai dalam lingkaran dengan diameter minimum lebih kecil dari 5 derajat.

12 Agustus, Hujan Meteor Perseid

Hujan meteor tahunan ini akan maksimal terjadi di langit gelap, tanpa diintervensi cahaya bulan. Sekitar 90 meteor akan jatuh tiap jamnya.

21 September, Jupiter, Besar dan Tinggi

Jupiter akan berada di langit tengah malam, yaitu, pada oposisi (-2,9 magnitudo). Dalam orbit ini, Jupiter lebih dekat daripada jarak rata-rata.

Akhir Oktober, Bumi dilintasi Komet

Komet Hartley 2 akan melintas bumi, tepatnya 11,2 juta mil dari Bumi pada pada 20 Oktober 2010, hanya seminggu sebelum komet ini melewati matahari dalam jarak dekat.

Komet ini bisa dilihat dengan mata telanjang di daerah pedesaan, bukan di tengah hingar-bingar kota.

14 Desember, Hujan meteor Gemini

Hujan meteor gemini kembali terjadi. Sekitar 120 meteor per jam akan turun dan menciptakan fenomena yang indah.

20-21 Desember, Gerhana Bulan Total

Amerika Utara mendapatkan ‘kursi terbaik’ untuk melihat fenomena gerhana bulan total ini. Untuk Timur AS dan Kanada, fenomena ini terjadi dini hari.

Untuk barat AS dan Kanada, fenomena ini terjadi pada tengah malam 20-21 Desember. Gerhana bulan ini akan terjadi selama 1 jam dan 14 menit.

Rabu, 18 Agustus 2010

KD:"LATIHAN"

Konsultasi Dengan Guru Utama LSBD Hikmatul Iman Kang Dicky : seputar latihan Oct 27, '05 7:39 AM
untuk

Konsultasi Dengan Guru Utama LSBD Hikmatul Iman Kang Dicky : seputar latihan

Dikirim oleh: Akmal (IP Logged)

Tanggal: October 23, 2005 02:23PM





assalaamu'alaikum wr. wb.



pertanyaannya setumpuk kang... tapi satu per satu aja ya hehehe...



1. Apa sih fungsi jurus2 Penyeimbang Air? apakah setelah melakukan jurus2 Air memang HARUS melakukan penyeimbang? apa yg akan terjadi jika hal itu tdk dilakukan? lalu bagaimana perbandingan antara jurus Air dan penyeimbangnya? (misal : Jurus Air 1 utk sekali putaran kan ada 5 kali napas, nah penyeimbangnya harus berapa kali napas?)



itu dulu deh...



wassalaamu'alaikum wr. wb.



Jawaban Kang Dicky



- Jurus penyeimbang air adalah untuk menyeimbangkan tenaga yang dihasilkan oleh latihan jurus air , jadi kalau hawa panas sudah diputarkan melalui jurus air satu misalnya yaitu pemutaran ke seluruh tubuh ketika gerakan pertama , gerakan kedua menyalurkan hanya pada tangan , ketiga hanya pada kaki , keempat tangan kanan dan kaki kiri , dan kelima tangan kiri dan kaki kanan , setelah penyalurannya lancar dan dilakukan dua puluh kali putaran , baru lakukan penyeimbang air , kalau kurang dari dua puluh kali boleh dilakukan boleh tidak , hanya kalau bisa lakukan saja biar tambah lancar penyalurannya dan si TD nggak akan liar

Selasa, 17 Agustus 2010

FENOMENA KESURUPAN

FENOMENA KESURUPAN

Kesurupan jin, yang dalam bahasa arab disebut “As Shar’u” merupakan proses menyusupnya bangsa jin ke tubuh manusia yang menganggu mekanisme tubuh yang menimbulkan ketimpangan akal manusia, sehingga tidak dapat menyadari apa yang diucapkan antara apa yang diucapkan dan dilakukan dan tidak dapat pula menghubungkan dan mengingat antara apa yang telah diucapkan dan dilakukan dengan apa yang diucapkan dan dilakukannya. Orang yang terkena kesurupan jin mengalami kehilangan ingatan sementara akibat ketimpangan pada saraf otak. Ketimpangan saraf otak akan diringi dengan ketimpangan pada gerakan-gerakan orang yang kesurupan. Jkadi, fenomena kesurupan jin adalah kekacauan dalam ucapan, perbuatan dan fikiran yang disebabkan jin menganggu mekanisme tubuh dan sistem syaraf tubuh.

Walaupun telah banyak kasus kesurupan jin dalam masyarakat. Sebagian masyarakat menolak keabsahan kesurupan jin secara medis dan agama. Mereka tidak menerima bahwa jin itu dapat masuk ke dalam tubuh manusia, serta menpengaruhinya. Mereka beralasan bahwa bahwa bangsa jin itu nariyyun “tercipta dari api”. Dan tabeat mereka tidak sejalan dengan tabiat manusia yang basah dan dingin karena tercipta dari tanah. Dan menurut mereka, jin itu menempati satu bagian tempat di udara sehingga sukar bagi mereka untuk masuk ke dalam jasad manusia.

Sebagian mereka yang berpikir rasio dan ilmiah beralasan “kesurupan jin” merupakan penyakit psikis yang disebabkan stress dan depresi yang mengakibatkan keracauan berpikir. Dan penyakit syaraf yang disebabkan kekacauan signal-signal yang di input dan output otak.

Sebagian kalangan medis menklaim kesurupan jin sebagai skizofrenia, artinya seringkali orang yang terganggu jin, baik karena sihir, kesurupan dan kerasukan jin, hanya akibat sakit jiwa.

Skizofrenia sendiri merupakan penyakit gangguan jiwa yang bertaraf berat danm termasuk salah satu dari 70 macam gangguan jiwa yang ada di indonesia. Di dunia medis terdapat lebih dari 300 gangguan jiwa. Skizofrenia berasal dari kata shizo berarti jiwa dan dhren yang berarti jiwa. Kalau digabung, skizoprenia berarti jiwa yang terbelah atau split of personality, karena penyakit ini memang menyebabkan penderita seolah-olah punya jiwa yang lain.

Pendapat mereka itu di tolak oleh yang menetapkan kemungkinan jin masuk ke jasad manusia dan menganggu mekanisme tubuh dan sistem syaraf. Mereka berpendapat jin itu dapat melepaskan diri dari tabiatnya berasal dari api, lalu berubah menjadi “asap yang halus” yang masuk ke dalam tubuh manusia menyatu bersama pori-pori kulit. Sebagaimana halnya manusia pun lepas dari tanah sebagai asal kejadiannya dan berupa menjadi sosok tubuh yang sempurna. Sehingga, sebagaimana ruh dapat masuk ke tubuh manusia, air dapat masuk ke pohon, dan makanan dan minuman masuk ke tubuh manusia. Jin melepaskan diri dari tabiatnya yang panas dan masuk ke tubuh manusia yang tabiatnya dingin.

Fakta jin diciptakan dari api memiliki landasan kuat mengenai kesurupan jin pada manusia. Jin diciptakan dari 2 jenis nyala api, yaitu maarij min-nar (QS:ar-Rahman:15) dan naaris-samuum (QS:al-Hijr:27). As-samuun menurut kamus bahasa arab al-Mu’jam al-Wasid berarti api yang sangat panas, tidak berasap dan tidak terlihat oleh mata; dalam kehidupan sehari-hari, api itu kita namakan sebagai aliran listrik (strum). Adapun makna al-maarij adalah sesuatu yang terbentuk dari inti api (al-lahab) yang sangat panas dan dapat dilihat dengan mata; dalam kehidupan kita, api ini dinamakan sebagai nyala api. Jadi jin tercipta dari 2 jenis api yaitu as-samuun yang berarti aliran listrik dan al-maarij yang berarti bara api atau nyala api.

Jin mempunyai kemanpuan untuk masuk ke pembuluh darah (yajri’maj’raddam). Kemanpuan ini seperti sifat strum yang dapat mengalir ke tubuh kematian. Kemanpuan jin selanjutnya adalah dapat membisik-bisik, memanas-manasi dan membakar hati manusia (yuwaswisu Fi shuduur) supaya manusia menuruti hawa nafsunya. Jin menyusup melalui sistem peredaran darah untuk menganggu mekanisme tubuh dan jin menguasai frenkwensi gelombang otak yang menpengaruhi sistem syaraf untuk menguasai pikiran,emosi dan gerakan.

Hal itu, tidak bertentangan dengan hadist-hadist yang mengisyaratkan adanya jin yang menyusup ke badan manusia dan menganggunya, antara lain, Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
“sesungguhnya syaitan (jin) itu berjalan pada peredaran darah manusia “
(HR. Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik r.a)

Imam Bukhari dan Imam muslim meriwayatkan hadist dari ummu Al-Mu’minin, Shafiyyah binti Hay r.a. dalam hadist tentang i’tikaf yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Beliau SAW bersabda;
“sesungguhnya syaitan jin jahat itu berjalan pada anak Adam lewat peredaran darah”
sebagian ulama berpendapat dengan hadist-hadis itu bahwa jin bisa menembus ke dalam diri manusia dan manimbulkan kesurupan. Ibnu Hajar al-Hatsami di dalam kitab al-Fatawa al Haditsiyah, setelah menyebutkan hadist-hadist itu berkata: hadist itu membantah orang yang menolak masuknya jin ke dalam tubuh manusia, seperti kaum Mu’tazilah.

Jin yang masuk ke dalam pembuluh darah manusia, jin langsung menuju otak dan melalui otak jin bisa menpengaruhi bagian mana saja diantara anggota tubuh manusia dari sentralnya di otak. Kajian-kajian medis membuktikan bahwa para penderita kesurupan jin memiliki gelombang yang sangat halus dan aneh yang bersemayam di otak. Banyak jin yang senang menetap di otak.

Muhammad al-Hamid berkata: jika jin berjasad halus, maka secara akal ataupun agama Islam tidak mustahil bisa masuk ke tubuh manusia, karena yang halus bisa masuk ke dalam yang tebal, seperti udara bisa masuk ke tubuh kita, atau api bisa merasuk di dalam bara, atau listrik mengalir dikabel, bahkan seperti air di dalam tanar, pasir dan pakaian, padahal dia tidak sehalus udara dan listrik.

Al-Qadhi Abdul Jabbar al-Hamadzani berkata: “jika benar kesimpulan kami bahwa jin berjasad halus seperti udara, maka tidak mustahil baginya untuk masuk ke tubuh manusia sebagaimana udara dan nafas keluar masuk ke tubuh manusia. Hal ini tidak mengakibatkan bertumpuknya beberapa subtansi dalam satu wadah karena hal tersebut tidak akan ketemu kecuali dengan cara beriringan, bukan dengan cara menyatu. Ia masuk ke tubuh manusia seperti uang masuk ke dalam amplop.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah berkata “eksistensi jin dinyatakan oleh Al Qur'an, Al Hadist dan kesepakatan para ulama salaf dari ummat Islam. Demikian pula masuknya jin ke dalam tubuh manusia. Ia adalah hal yang bisa disaksikan dan dirasakan bagi orang yang mentadaburkannya. Jin bisa masuk ke dalam jasad orang yang kesurupan lalu orang tersebut berbicara dengan pembicaraan yang tidak diketahui dan tidak disadarinya. Bahkan dipukul dengan pukulan yang sangat keras pun tidak dirasakannya.

Ibnu Qayyim berkata; kesurupan ada dua: kesurupan karena jin-jin jahat dan rendah atau kesurupan karena tabiat-tabiat yang jelek. Hal ini diperkuat Ibnu Hazm berkata: benar bahwa jin bisa masuk ke dalam jasad manusia sebagaimana dipertegas Al Qur'an dan Al Hadist, lalu membangkitkan tabiat-tabiatnya yang hitam (sifat-sifat jahat) dan asap yang naik ke otak sebagaimana dikatakan oleh setiap orang kesurupan, lalu pada saat itu Allah menjadikan kesurupan sebagaimana kita saksikan. Itulah nash Al Qur'an dan kenyataan yang ada.

Ibnu Mas’ud, ia berkata: apabila memulai shalat Rasulullah Muhammad SAW membaca: “ya Allah, aku berlindung kepada Allah dari syetan yang terkutuk dari penyakit gila yang ditimbulkannya, dari tiupannya dan dari syairnya. Nabi Muhammad SAW bersabda: hamazihi ialah kesurupan, nafatsihi ialah syair dan nafakhihi ialah kesombongan (diriwayatkan oleh al-Hakim dan dishahihkan serta disepakati oleh adz-Dzahabi, dan diriwayatkan pula oleh Abu Dawud, Turmudzi dan Nasa’i dari hadist Abu Sa’id al Khudri).

Al-Maututu ialah jenis penyakit gila sementara yang disebabkan kesurupan jin yang menimpa manusia, jika telah sadar maka kembali akalnya. Ibnu katsir berkata: Hamazuhu ialah al-Mautatu yakni cekikan yang berupa kesurupan.

Abdul Karim Naufun berkata: hadist ini membuktikan adanya penyakit gila yang ditimbulkan oleh kesurupan jin pada manusia, karena di dalam hadist ini Rasulullah Muhammad SAW berlindung dari al-Hamaz, sedangkan artinya al-Hamaz ialah al-maututa yakni penyakit gila yang disebabkan kesurupan jin.

Dr Muhammad Irfan yang dimuat dalam koran Nadwah terbitan 14/10/1407, mengatakan bahwa istilah “Majnun” (gila akibat penyusupan jin) telah hilang dari kamus kedokteran dan perihal tentang jin memasuki manusia dan berbicara melaluinya adalah seratus persen tidak benar, adalah sama sekali dusta dan akibat dari tiada pengetahuan Islam dan ketidaktahuan tentang apa yang telah ditegaskan oleh mayoritas besar ulama sunni.
Fenomena Majnun dikenal oleh kalangan medis, khususnya spesialis bidang psikiatri dan psikologi, namun sebab-sebabnya umun tergolong tidak diketahui dan gejala-gejalanya dihilangkan dengan obat-obatan medis yang berpengaruh mengalihkan pasien kepada fakta-fakta sesungguhnya. Termonologi medis modern untuk kesurupan jin termasuk: kepribadian terbelah, kepribadian ganda, histeria, neurosis, psikosis dan sebagainya.

Dr. Pall dalam bukunya “Analisa keadaan tidak normal dalam pengobatan sakit akal” berkata: banyak yang masih kita ungkap khususnya yang berkaitan dengan gangguan spiritual (kesurupan jin) sebagai faktor penyebab penyakit-penyakit kejiwaan dan syaraf. Gangguan spiritual (kesurupan jin) ternyata jauh lebih pelik dari apa yang diperkirakan semula. Sekalipun demikian ketika ahli pengobatan (tokoh agama) yang menpergunakan kekuatan spritual modern manpu melakukan sebagai keajaiban dalam mengusir syetan atau roh-roh penganggu ternya sebagian dokter melecehkannya.

Dr. James Haislon berkata di dalam bukunya “kesurupan”: ia adalah pengaruh luar biasa yang dilakukan oleh makluh luar (jin) yang kesadaran pada akal dan tubuh seseorang. Kirta tidak mungkin menolak kemungkinan terjadinya kesurupan.

Dr. Karl Wikeland menceritakan bahwa penyakit gila bisa muncul dari dominasi ruh jahat (jin) pada orang sakit kemudian menimbulkan keguncangan dan ketimpangan pada gerakan-gerakan tubuhnya.

Diantara dokter yang mengakui terjadinya kesurupan akibat roh-roh jahat (jin) yang kemudian kedokteran tidak manpu menyembuhkannya ialah dr. Alexis Carl, peraih Nobel bidang kedokteran dan bedah. Hal itu diperkuat Dr. Ahmad Shabahi ‘Iwadhullah berkata: kesurupan adalah perbuatan ruh-ruh jahat dan rendah (jin). Penyembuhannya dengan perlawanan roh-roh mulia, baik dan tinggi (kekuatan spiritual tokoh agama) terhadap ruh-ruh jahat tersebut (jin), sehingga akan menolak pengaruh-pengaruhnya dan menentang perbuatan-perbuatanya. Hal ini dilakukan melalui orang-orang shaleh.

Diagnosis Dr. Ahmad Shabahi ‘Iwadhullah mengenai kesurupan adalah kesurupan jin itu pada umumnya merupakan keguncangan dan ketimpangan yang mendadak pada listrik otak dan fungsinya. Saat terjadi serangan ini ada dua macam:
1. serangan penyumbatan organ yang berawal pada pusat gerakan otak akibat perubahan-perubahan fisiologis sehingga penderita akan kehilangan rasa dan perasaannya secara total. Penyembuhan dapat dilakukan oleh para ahli kulit.
2. serangan penyumbatan psikologis yang berawal pada pusat-pusat rasa yang bentuk utamanya adalah perubahan akal tetapi penderita tidak kehilangan rasa dan perasaannya secara total. Ini termasuk serangan kesurupan jin yang bisa diobati dengan doa dan pendekatan diri kepada Allah dan tidak dapat dilakukan dengan pengobatan para dokter.

Pihak medis indonesia yang mengakui kesurupan jin Dr. Budiman darmowijoyo Sp.Pd. rumah sakit cipto mangun kusumo menjelaskan bahwa bisa jadi ortang itu ruhiyahnya buruk, sehingga menimbulkan gangguan jiwa dan saat itu ia bisa saja terkena gangguan jin. Hal ini dipertegas Dr. Fuadi jatim, Dsj mengatakan fenomena sakit karena gangguasn jin memang ada. Meskipun tetap saja semua itu ada hubungannya dengan dimensi kejiwaan seseorang “orang-orang yang berpribadian lemah lebih gampang kena gangguan jin. Karenanya Allah menginggatkan agar kita selalu berdzikir atau ingat kepada Allah azza wa jalla.

Para ahli medis terutama psikolog dan psikiatri menyakinin penyebab kesurupan jin dari segi kejiwaan yang labil akibat stres dan depresi. Stres dan depresi menimbulkan emosi labil dan kurangnya pengendalian perasaan yang mengakibatkan si penderita lebih dikendalikan emosi dan perasaan tanpa rasionalisasi dari otak (IQ & EQ). Dampaknya kekacauan gelombang otak dan susunan memori otak yang bisa “koslet” menjurus gila dan disusupi jin untuk menguasai otak.

Para ahli spiritual dan tokoh agama berpendapat kesurupan jin diakibatkan si jin jatuh hati, senang dan nyama kepada manusia, kezhalimanan manusia terbahap jin baik disengaja atau tidak disengaja. Kezalimaman jin terhadap manusia seperti menganggu tanpa sebab, dan perjanjian jin dan manusia seperti sihir dan ilmu kesaktian.

Sedangkan cara pencegahan kesurupan jin hanya dengan meningkat keimanan dan ketakwaan kepada Allah Azza Wa Jalla melalui beribadah sesuai tuntunan Rasulullah Muhammad SAW. Kita harus menjaga kebersihan dan kesegaran pikiran dan hati supaya selalu tenang, stabil dan rasio.

BENARKAH ROH MANUSIA GENTAYANGAN

BENARKAH ROH MANUSIA BERGENTAYANGAN?

Kita mengetahui tubuh terdiri jasad fisik dan roh. Setelah meninggal jasad fisik dikubur untuk kembali ke bahan dasarnya, yaitu tanah. Sedangkan, roh kita meninggalkan jasad untuk memasuki alam kubur untuk beristrirahat sementara sebelum kiamat. Nah, apakah definisi roh, cara kerja roh, bagaimana roh kembali ke Allah dan dimana roh berada belum ada yang bisa menjawab. Wajar, karena mekanisme roh itu hanya urusan Allah Azza Wa Jalla.

Tetapi, masyarakat sering dibuat geger dengan kasus roh atau arwah penasaran yang bergentayangan akibat kematian tidak wajar. Kemunculan kuntilanak yang diinterprestasikan akibat wanita hamil yang meninggal tidak wajar. Atau pocong yang bergentayangan karena lupa melepas tali pocong mayat. Semua itu, menunjukkan tersangkanya roh atawa arwah yang penasaran yang tidak di terima oleh Allah SWT. Benarkah prasangkaan masyarakat itu?

Arwah secara etimologi adalah bentuk jamak dari roh. Roh secara terminologi adalah makhluk Allah yang diciptakan Allah. Roh adalah unsur terpenting pada manusia setelah jasab sebagai sumber penggerak kehidupan. Dengan roh manusia bisa hidup beraktivitas di dunia dan tanpa roh manusia meninggalkan aktivitas dunia menuju alam kubur.

Roh ini merupakan suatu subtansial yang mempunyai kesadaran terhadap dirinya dan lingkunganya karenanya, ketika roh itu ditiupkan Allah ke janin seorang anak dalam kandungan ibunya ia manpu berbicara di hadapan Allah SWT. Hal ini disebutkan dalam Al Qur'an.
“maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya roh-Ku....” (QS:al-Hijr:29)
“dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ‘bukanlah Aku tuhanmu?’ mereka menjawab, ’betul (Engkau tuhan kami), kami menjadi saksi...” (QS:al-A’raaf:172)

Roh merupakan sumber energi kehidupan jasad manusia. Jika roh bersatu dengan jasad, maka jasad menjadi hidup. Apabila roh meninggalkan jasad, maka jasad itu akan mati. Roh merupakan benar-benar rahasia Allah SWT yang hanya sedikit manusia diberikan pengetahuanya.

Iman Ghozali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin menerangkan tentang roh: “roh mempunyai dua pengertian: roh itu adalah bagian dari jasad manusia, yaitu suatu zat yang sangat halus yang bersumber dalam ruangan hati (jantung), menjadi pusat dari semua aliran pembuluh darah yang menyebar ke seluruh bagian tubuh manusia. Karenanya manusia dapat hidup dan bergerak, dapat merasakan berbagai perasaan, dengan mata dapat melihat, dengan telingan dapat mendengar, dan dengan hidung dapat mencium, dan dengan otak dapat berpikir. Adapun roh pengertian kedua inilah, manusia dapat mengenal dirinya dan penciptanya, dapat mecapai berbagai ilmu pengetahuan, dapat berprikemanusia, beraklaq baik, berbeda dengan binatang. Roh ini dapat menerima perintah dan larangan dari Allah dan bertanggung jawab atas gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatannya. Ia menjadi pusat segala aktivitas manusia.”

Iman al-Ghozali berpesan kepada ummat Islam bahwa hakikat roh itu tidak akan pernah diketahui manusia dan tidak dapat diukur dengan apapun serta tidak dapat dianalisis dengan akal pikiran manusia. Roh adalah hidup selama ada kehidupan dan tidak bergantung pada ruang dan waktu, bahkan tanpa ruang pun roh tetap ada dan tetap hidup. Keadaan dan hakikat roh hanya tidak dapat diketahui dan dipelajari oleh siapa saja, sekalipun para nabi dan para rasul. Roh merupakan perkara ghaib yang tidak akan pernah dilihat bentuknya oleh manusia. Allah menyatakan dalam firman-Nya tentang perkara ghaib. “Katakanlah, ‘tidak ada seorangpun dilangit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah.....” (QS:an-Naml:65)

Banyak dukun dan paranormal yang memberikan informasi mengenai roh kepada masyarakat dalam berbagai kasus, seperti: kesurupan; “ wah ini kesurupan roh A karena begini-begitu” dan “ wadagnya cocok dengan karuhunnya sehingga ditinggalin karuhun”, memanggil roh siliwangi, brawijaya, sunan kalijaga dll. Maupun mereka mengaku bisa melihat dan berdialog dengan roh manusia yang meninggal untuk meminta nasihat.

Marilah kita kembalikan masalah benar-tidaknya roh bisa dilihat, dipanggil, dan bergentayangan di dunia fana kepada ajaran Islam akan membawa kita menemukan beberapa pengetahuan mengenai keadaan roh manusia. Allah SWT mengisyaratkannya mengenai roh ini:
“dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah,’Roh itu termasuk urusan Tuhanku (Allah), dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS:al-Israa’:85)

roh manusia adalah sesuatu yang berada pada perkara gaib yang tidak seorangpun manusia termasuk Nabi Muhammad SAW mengetahui pasti bentuk dan bagian mana kehidupan roh. Ia masih hidup tanpa bergantung pada sesuatu yang bersifat materi.

Abdullah r.a berkata, “pada suatu ketika, aku berjalan-jalan bersama Nabi Muhammad SAW, di sebidang kebun. Beliau bertongkat pelepah kurma. Tiba-tiba lewat serombongan orang-orang yahudi. Setengah dari mereka berkata kepada yang lain, “tanyakanlah kepadanya (Nabi Muhammad SAW) masalah roh?’ kata yang lain,”tidak ada faedahnya ditanyakan kepadanya. Niscaya jawabannya akan menjengkelkanmu.’ Kata yang lain pula, “tanya sajalah’ selanjutnya, datanglah sebagian mereka kepada Nabi Muhammad SAW menanyakan perihal roh. (setelah mendengar pertanyaan mereka) rasulullah muhammad. Terdiam, tidak langsung menjawab apa-apa. Aku tahu, ketika itu Rasulullah Muhammad SAW sedang mendapat wahyu. Karena itu, aku tetap saja ditempatku. Setelah wahyu selesai turun. Nabi muhammasd membaca ayat:
‘dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah, ‘roh itu urusan tuhan-Ku (Allah) dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS:al-Israa’:85)

namun definisi “tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” tidak berarti sebagian orang tertentu bisa berkomunikasi dengan roh. tetapi, keadaan roh manusia setelah meninggal banyak diterangkan oleh ajaran Islam dengan sumber Al Qur'an dan Al Hadist. Rasulullah Muhammad SAW menggolongkan roh-roh manusia yang sudah meninggal menjadi dua golongan.

Diterangkan dalam hadist shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah ra, “apabila roh orang-orang mukmin keluar dari tubuh, dua orang malaikat menyambutnya dan menaikkan ke langit. Kata penduduk langit, ‘roh yang baik datang dari bumi shallallahu ‘alaika dan kepada tubuh tempat engkau bersemayam.’roh itulalu dibawa ke hadapan Allah Azza Wa Jalla. Allah lalu berfirman, ‘bawalah dia ke sidratul muntaha dan biarkanlah disana hingga hari kiamat.”
Kata Hammad, “selanjutnya, apabila roh orang-orang kafir keluar dari tubuhnya, ia berbau busuk dan mendapat makian. Berkata penduduk langit, ‘roh jahat datang dari bumi.’ Diperintahkanlah (oleh Allah), ‘bawalah dia ke penjara dan biarkan di sana hingga hari kiamat.”

Anas bin Malik r.a, Nabi Muhammad SAW bersabda, “apabila seorang hamba telah diletakkan dalam kuburnya dan para sahabat yang mengantar telah pulang, sesungguhnya dia mendengar bunyi yerompah mereka. Ketika itu, datanglah kepadanya dua malaikat dan mendudukkanya. Keduanya lalu bertanya, ‘tahukah kamu, siapa laki-laki ini?’ kalau mayat itu mayat seorang mukmin, dia menjawab, ‘aku menjadi saksi bahwa dia itu seorang hamba Allah dan rasul Allah.’ Dikatakan kepadanya, ‘lihatlah tempatmu sedianya di neraka, tetapi Allah ta’ala telah menggantikannya dengan tempat di surga, selanjutnya, diperlihatkan tempat itu kedua-duanya.”

Pada saat ini, banyak tersebar berita keahlian seseorang yang memiliki kemanpuan memanggil dan memasukkan roh ke tubuh seseorang. Merekapun membuktikkannya di berbagai media dan kesempatan tentang keahliannya tersebut. Di antara sebagian masyarakat banyak yang menpercayainya dan ikut menyebarkan berita keahlian itu. Benarkah roh orang meninggal bisa hadir di dunia fana dan menyusup ke tubuh manusia.

Kita lihat arti dan makna hadist-hadist diatas yang mengisyaratkan roh manusia yang sudah meninggal tidak dapat kembali ke jasadnya sendiri ataupun ke jasad orang lain. Rasulullah Muhammad SAW pernah menanyai roh-roh orang kafir yang mati dalam perang badar. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Anas Bin Malik r.a, “Rasulullah Muhammad SAW pergi ke tempat-tempat bekas pertempuran di badar setelah tiga hari perang usai. Rasulullah Muhammad SAW mendatangi pula tempat-tempat musuh yang terbunuh dan memanggil mereka. Rasulullah Muhammad SAW berkata, ‘hai abu jahal bin hisyam, hai ummayah bin khalaf, hai utbah bin rabi’ah, hai syaibah bin rabi’ah! Bukankah kalian telah merasakan apa yang dijanjikan Tuhanmu sungguh-sungguh terjadi? Aku sendiri menyaksikan apa yang dijanjikan Tukanku sungguh-sungguh terjadi.’ Ucapan Nabi Muhammad SAW tersebut terdengar oleh umar lalu ia bertanya, ‘ya Rasulullah Muhammad SAW bagaimana mungkin mereka dapat mendengar dan menjawab, padahal mereka telah menjadi bangkai?’ jawab Nabi Muhammad SAW.’demi Allah yang jiwaku dalam kuasa Allah, pendengaranmu tidak setajam pendengaran mereka. Hanya saja mereka tidak dapat menjawab.’ Nabi Muhammad SAW memerintahkan supaya mayat-mayat musuh itu dikumpulkan lalu dilemparkan ke telaga badar.”

Hadist tersebut telah menunjukkan kepada kita bahwa kondisi roh orang yang sudah meninggal dapat mendengar apa yang kita ucapkan, tetapi roh-roh tersebut tidak dapat berbicara lagi. Apalagi roh-roh itu dapat bergentayangan di dunia dan menyusup ke tubuh. Hal ini dipertegas dengan firman Allah;
“mengapa ketika nyawa sampai dikerongkongan, padahal ketika itu kamu melihat dan kami lebih dekat lagi kepadanya daripada kamu. Namun kamu tidak melihat. Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah) kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kembali ke raganya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (QS:al-Waaqi’ah:83-87)

realita roh tidak bisa dipanggil dan bergentayangan yang dijelaskan Al Qur'an dan Al Hadist. sebagian dukun dan paranormal yang mengaku bisa berkomunikasi dengan roh dan fenomena sebagian orang yang mengaku melihat keberadaan dan permunculan rioh-roh manusia bergentanyangan. Apakah yang nereka panggil dan saksikan itu?

Mereka adalah orang yang tertipu oleh tipu daya jin dan jin telah membuat mereka merasa bahwa keahlian mereka merupakan “mukzijat” atau “karomah” dari Allah. Jin itu sengaja melakukannya dengan tujuan untuk menjerumuskannya dan menyesatkan manusia dari jalan Allah. Tidak ada roh manapun yang memiliki wewenang dari Allah yang dapat dipanggil dan berkomunikasi tentang perkara – perkara ghaib dengan manusia yang ternyata banyak salah daripada benarnya, seperti: ramalan kiamat 1999, ramalan ratu adil dan satria pinginit, ramalan jangka jayabaya, dll. Apabila terjadi rentetan peristiwa yang membenarkan ramalan itu hanyalah sebuah kebetulan – kebetulan yang berasal dari Allah SWT. Banyak orang yang menjadikan rentetan peristiwa itu sebagai alasan pembenaran ramalan – ramalan. Padahal semua itu hanyalah perbuatan jin yang menipu ummat manusia.

Ummat Islam harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk menkaji dan memahamin fenomena jin dan roh supaya tidak terjadi kerancuan roh itu manpu bergentayangan. Apabila anda menpercayai dan menyakinin roh itu bergentayangan bisa mengelincirkan akidah Islam anda menuju ke arah bid’ah, khurafat dan musyrik.

TD DA TM


Tenaga dalam

Pada dasarnya setiap orang memiliki apa yang disebut dengan Tenaga Dalam (TD), hanya saja mereka tidak mengetahui bagaimana cara membangkitkan atau mengembangkannya. TD itu sudah ada sejak manusia dilahirkan ke bumi.

HI meyakini bahwa energi yang digunakan manusia untuk kegiatan sehari-hari adalah sebagian kecil dari energi sesungguhnya yang dimiliki oleh setiap manusia. Ketika seseorang bernafas secara normal, oksigen mencukupi untuk membantu sirkulasi darah, metabolism dan fungsi tubuh lainnya. Teknik pernafasan diajarkan untuk bagaimana mengoptimalkan oksigen didalam tubuh sehingga murid dapat membangkitkan, mengendalikan, dan memanfaatkan energi yang tersimpan tersebut untuk berbagai macam keperluan.

Manusia memiliki unsur kimia tubuh (body chemistry) yang bernama ATP (Adenosin Tri Phospate). ATP ini dapat berubah menjadi energi melalui proses metabolisme tubuh. Secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut:O2 + ATP + Glikogen Energi.

Energi yang dihasilkan ATP tersebut sangat berlimpah-ruah. Malah dapat dijadikan sebagai kekuatan yang luar biasa apabila manusia dalam kondisi kejiwaan tertentu, seperti terhipnotis, panik, tidur berjalan atau trance. Selain itu, ATP juga berfungsi sebagai energi cadangan. Misalnya, setelah kita berolah raga dan kecapaian kemudian bila diistirahatkan sejenak maka tubuh kita akan pulih kembali. Berdasarkan penelitian, energi yang dihasilkan oleh ATP dalam keadaan sehari-hari hanya menggunakan sekitar 2.5% dari seluruh fasilitas energi tubuhnya. Sedangkan yang 97.5% lainnya tersembunyi sebagai cadangan.

Tenaga Dalam adalah suatu energi yang berpusat pada syaraf-syaraf di sekitar ulu hati dan setelah dibangkitkan akan berkumpul pada salah satu bagian tubuh yang disebut dengan solar plexus atau ada juga yang menyebutnya kundalini. Menurut berbagai sumber, Kundalini merupakan bagian dari tubuh manusia yang berbentuk 3.5 lingkaran, terdapat diantara tulang ekor dan kemaluan di bawah pusar. Bentuknya seperti ular yang sedang bergulung atau melingkar. Sebagai catatan, solar plexus bukan merupakan organ tubuh manusia.

Kundalini ini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya energi yang dalam berbagai macam istilah disebut Chi, Khi, Kesah, Lwee-Kang, Sin-Kang, Iwe-Kang atau yang lazim disebut dengan tenaga dalam. Dalam hal ini perlu dijelaskan bahwa sumber TD adalah ulu hati, bukan solar plexus seperti anggapan orang selama ini. Padahal Solar Plexus adalah tempat berkumpulnya energi cadangan tersebut setelah dibangkitkan. Karena kesalahpahaman itu orang lain memerlukan waktu yang sangat lama dalam mempelajari Tenaga Dalam.

Dalam proses perangsangan, energi dari hasil reaksi ATP memiliki proses tertentu. Ketika oksigen dihisap secara normal oksigen hanya digunakan sebatas membantu lancarnya peredaran darah, melancarkan metabolisme tubuh dan mensuplai otak dengan kadar yang cukup. Oksigen juga merangsang energi yang ada dalam tubuh untuk menghidupkan aktivitas tubuh yang sempit sekali, hanya cukup untuk menggerakan tubuh secara normal. Tetapi lain halnya dengan pengambilan oksigen secara khusus dalam latihan TD, untuk membangkitkan TD diperlukan oksigen yang banyak dan efektif. Satu-satunya jalan ialah dengan cara mengubah pernafasan biasa menjadi pernafasan special, yaitu dengan mengoptimalkan oksigen yang masuk jangan sampai terbuang percuma sedangkan untuk bagian lain harus seimbang. Untuk membangkitkan energi cadangan secara cepat, oksigen harus diputarkan secara cepat pula ke seluruh tubuh dan membuang gas beracun CO2 secara cepat. Karena itu, saat membuang nafas badan harus dikejangkan. Dengan pengejangan tubuh, Oksigen akan berputar membentuk pusaran energi yg menyerap seluruh energi di tubuh yang tersebar dan tersembunyi. Sedangkan pembuangan gas beracun dilakukan dengan cara membuang nafas melalui mulut. Bila kedua hal tersebut dilakukan maka oksigen yang berputar di dalam tubuh kita adlah oksigen bersih tanpa CO2. Ini salah satu rahasia juga, mengapa orang-orang yang mempelajari Tenaga Dalam secara benar selalu sehat dan jarang sakit.

Kebanyakan tenaga dalam lebih efektif apabila digunakan dalam pertempuran, sebab memiliki daya hancur yang tinggi dan memilki daya penyembuh yang tinggi pula. Berbeda jauh dengan tenaga metafisik. Tenaga metafisik di dalam mempengaruhi suatu objek sangatlah halus, bahkan dapat dikatakan prosesnya tidak terasa tetapi hasilnya nyata.
[sunting] Tenaga metafisika

Tenaga metafisik adalah energi yang menyelubungi tubuh manusia berupa aura. Energi ini dapat diperkuat melalui penyerapan tenaga dari alam. Apabila energi ini sudah kuat, gelombang frekwensi energi tersebut dapat diubah-ubah menjadi berbagai macam bentuk, jenis maupun sifat sebagaimana yang kita inginkan. Keberadaan tenaga inj dapat dibuktikan dan dapat digambarkan secara visual melalui pemotretan dengan kamera KIRLIAN, yaitu sejenis kamera yang dapat mendeteksi sekaligus menggambarkan lingkaran energi yang menyelubungi tubuh manusia. Setiap mahluk yang bernyawa pasti memiliki energi metafisika ini. Kekuatan ini terdiri dari ion-ino positif dan negatif sehingga dapat dimodifikasi dengan kekuatan tanpa batas, dengan catatan energi dimiliki orang tersebut besar sekali, dan itu bisa dilatih. Tenaga ini memiliki jenis atau ras tersendiri dan mempunyai sifat hukum tersendiri. Kegunaannya sangat banyak sekali, bahkan tanpa batas. Asal kita mau memperkuatnya dengan jalam menyerap tenaga dari alam. Dengan kekuatan energi metafisik ini, kita dapat melakukan pengobatan, pertahanan jarak jauh, lari cepat, melawan dan menghancurkan jin, dan ribuan kegunaan lainnya. Kekuatan metafisik ini tanpa batas, selama kita mau memperkuatnya. Didalam Al-Quran surat Ar-Raad:11 dinyatakan bahwa manusia dijaga oleh sesuatu yang dibahaskan dalam tafsir Al-Quran dengan istilah malaikat, mungkin zaman dulu belum ada istilah energi sebab apabila yang dimaksudkan adalah malaikat, Al-Quran biasanya menyatakan dengan namanya, misalnya Malaikat Jibril. Energi ini yang kita kembangkan sehingga menjadi dahsyat sekali.

Tiga Golongan Tenaga Metafisik didunia:

A. Tenaga metafisik hitam murni

Merupakan suatu jenis tenaga metafisik yang didalam mendapatkannya dengan cara-cara sesat. Misalnya harus meminum darah bayi setiap bulan sekali sampai ilmunya sempurna, harus juga meminum darah perawan sebanyak yang telah ditentukan, dan lain sebagainya yang sifatnya sesat serta dikutuk oleh seluruh agama.

B. Tenaga metafisik golongan hitam berselubung putih

Yaitu suatu jenis tenaga metafisik yang didalam mendapatkannya melalui jalan yang kelihatannya baik, tetapi menjurus kepada bid`ah dan syirik. Tenaga metafisik semacam ini biasanya menggunakan mantera-mantera keagamaan atau syarat-syarat yang sifatnya ritual. Misalnya dengan berpuasa kepada ayat-ayat suci Al-Quran dengan niat untuk mendapatkan ilmu, wirid-wirid yang mengada-ada, mantera-mantera dalam bahasa arab atau bahasa agama yang dianutnya, dan lain sebagainya seperti yang sudah dijelaskan dalam point penjelasan tenaga metafisik bantuan jin.

C. Tenaga metafisik golongan putih

Yaitu sejenis tenaga metafisik yang diberikan atau diturunkan langsung oleh Allah SWT tanpa perantaraan dan syarat-syarat tertentu. Tenaga metafisik tersebut bila diturunkan kepada Nabiyullah disebut mukjizat, bila kepada wali atau penyebar agama Islam disebut karomah dan bila kepada manusia biasa disebut maunah, ada juga yang menyebut maunah sebagai ilmu laduni. Tenaga metafisik ini bisa diturunkan kepada orang lain tetapi pertanggungjawabannya di akhirat sangatlah berat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al`Quran surat Shaad mengenai mu`jizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Sulaiman as yang artinya :

"Lalu kami tundukan angin kencang untuk dia, angin mana saja dapat berhembus ke mana saja menurut kemauannya. Dan kami tundukkan pula untuk dia syetan-syetan, semuanya ahli bangunan dan penyelam. Dan syetan-syetan yang lain yang membangkang bersama-sama diikat dengan belenggu. Inilah tiga ni`mat utama yang Kami karuniakan kepadamu, boleh engkau berikan kepada orang lain atau engkau tahan untuk dinikmati sendiri tanpa pertanggungjawabannya." (QS Shaad : 36-39)

Jadi sudah jelas bahwa tenaga metafisik yang diturunkan Allah SWT dapat diturunkan kepada orang lain, tetapi pertanggungjawabannya di akhirat kelak sangat berat.

Sabtu, 14 Agustus 2010

MARHABBAN

MARHABAN YA RAMADHAN (Kajian Seputar Shaum Ramadhan) Oleh Dr. M. Quraish Shihab, M.A.
oleh Ahmad Nugie Jayaprawira pada 14 Agustus 2010 jam 21:29

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,kata "marhaban" diartikan sebagai "kata seru untuk menyambut ataumenghormati tamu (yang berarti selamat datang)." Ia sama dengan ahlan wasahlan yang juga dalam kamus tersebut diartikan "selamat datang."

Walaupun keduanya berarti "selamat datang" tetapi penggunaannya berbeda. Para ulama tidakmenggunakan ahlan wa sahlan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, melainkan "marhaban ya Ramadhan".



Ahlan terambil dari kata ahl yang berarti "keluarga", sedangkan sahlan berasal dari kata sahl yangberarti mudah. Juga berarti "dataran rendah" karena mudah dilalui, tidak seperti "jalan mendaki". Ahlan wa sahlan, adalah ungkapan selamat datang, yang dicelahnya terdapat kalimat tersirat yaitu, "(Anda berada di tengah) keluarga dan (melangkahkan kaki di)dataran rendah yang mudah."



Marhaban terambil dari kata rahb yang berarti "luas" atau "lapang", sehinggamarhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Dari akar kata yang sama dengan "marhaban", terbentuk kata rahbat yang antara lain berarti "ruangan luas untuk kendaraan,untuk memperoleh perbaikan atau kebutuhan pengendara guna melanjutkanperjalanan." Marhaban ya Ramadhan berarti "Selamat datang Ramadhan" mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapangdada, penuh kegembiraan; tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya "menggangguketenangan" atau suasana nyaman kita.

Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karenakita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkanperjalanan menuju Allah Swt.



Ada gunung yang tinggi yang harusditelusuri guna menemui-Nya, itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang lebat, bahkan banyak perampok yangmengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak melanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam danganas pula perjalanan. Tetapi, bila tekad tetap membaja,sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu, akan tampak denganjelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh,serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanandilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah Swt. Demikian kurang Lebih perjalanan itu dilukiskan dalam buku MadarijAs-Salikin.



Tentu kita perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalan itu. Tahukah Anda apakah bekalitu? Benih-benih kebajikan yang harus kita tabur di lahan jiwa kita.Tekad yang membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat dan tadarus, serta siangnya dengan ibadahkepada Allah melalui pengabdian untuk agama, bangsa dan negara. Semoga kita berhasil, dan untuk itu mari kitabuka lembaran Al-Quran mempelajari bagaimana tuntunannya.



PUASA MENURUT AL-QURAN

Al-Quran menggunakan kata shiyam sebanyak delapan kali,kesemuanya dalam arti puasa menurut pengertian hukum syariat.Sekali Al-Quran juga menggunakan kata shaum, tetapi maknanya adalahmenahan diri untuk tidak bebicara:

Sesungguhnya Aku bernazar puasa(shauman), maka hari ini aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia-pun(QS Maryam [19]: 26).

Demikian ucapan Maryam a.s. yang diajarkan oleh malaikat Jibril ketika ada yang mempertanyakan tentang kelahirananaknya (Isa a.s.). Kata ini juga terdapat masing-masing sekali dalam bentuk perintah berpuasa di bulan Ramadhan, sekali dalam bentuk kata kerja yangmenyatakan bahwa "berpuasa adalah baik untuk kamu", dan sekali menunjuk kepada pelaku-pelaku puasa pria dan wanita, yaitu ash-shaimin wash-shaimat.



Kata-kata yang beranekabentuk itu, kesemuanya terambil dari akar kata yang sama yakni sha-wa-ma yang dari segi bahasa maknanya berkisar pada "menahan" dan "berhenti atau "tidak bergerak".Kuda yang berhenti berjalan dinamai faras shaim.Manusia yang berupaya menahan diri dari satu aktivitas –apapun aktivitas itu– dinamai shaim (berpuasa). Pengertian kebahasaan ini, dipersempit maknanya oleh hukum syariat, sehingga shiyam hanya digunakan untuk "menahandiri dari makan, minum, dan upaya mengeluarkan sperma dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari".



Kaum sufi, merujuk ke hakikatdan tujuan puasa, menambahkan kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa. Ini mencakuppembatasan atas seluruh anggota tubuh bahkan hati dan pikiran dari melakukansegala macam dosa.

Betapa pun, shiyam atau shaum –bagimanusia– pada hakikatnya adalah menahan atau mengendalikan diri. Karena itupula puasadipersamakan dengan sikap sabar, baik dari segipengertian bahasa (keduanya berarti menahan diri) maupun esensi kesabaran danpuasa.



Hadis qudsi yang menyatakan antara lain bahwa, "Puasauntuk-Ku, dan Aku yang memberinya ganjaran" dipersamakan oleh banyakulama dengan firman-Nya dalam surat Az-Zumar (39): 10.

Sesungguhnya hanya orang-orang yangbersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.

Orang sabar yang dimaksud di siniadalah orang yang berpuasa.

Ada beberapa macam puasa dalam pengertian syariat/hukum sebagaimanadisinggung di atas.

Puasa wajib sebutan Ramadhan.

Puasa kaffarat, akibat pelanggaran, atau semacamnya.

Puasa sunnah.

Tulisan ini akan membatasi uraianpada hal-hal yang berkisar pada puasa bulan Ramadhan.



PUASA RAMADHAN

Uraian Al-Quran tentang puasaRamadhan, ditemukan dalam surat Al-Baqarah (2): 183, 184, 185, dan 187. Ini berarti bahwa puasa Ramadhan baru diwajibkan setelah Nabi Saw. tiba di Madinah,karena ulama Al-Quran sepakat bahwa surat Al-Baqarah turun di Madinah. Parasejarawan menyatakan bahwa kewajiban melaksanakan puasa Ramadhan ditetapkan Allah pada 10 Sya'ban tahun kedua Hijrah.



Apakah kewajiban itu langsungditetapkan oleh Al-Quran selama sebutan penuh, ataukah bertahap?Kalau melihat sikap Al-Quran yang seringkali melakukan penahapan dalam perintah-perintahnya, maka agaknya kewajiban berpuasa pun dapat dikatakan demikian. Ayat 184yang menyatakan ayyaman ma'dudat (beberapa hari tertentu) dipahami olehsementara ulama sebagai tiga hari dalam sebutan yang merupakan tahap awal dari kewajiban berpuasa. Hari-hari tersebut kemudian diperpanjang dengan turunnya ayat 185:

Barangsiapa di antara kamu yanghadir (di negeri tempat tinggalnya) pada bulan itu (Ramadhan), maka hendaklahia berpuasa (selama bulan itu), dan siapa yang sakit atau dalam perjalanan,maka wajib baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkannya.

Pemahaman semacam ini menjadikan ayat-ayat puasa Ramadhan terputus-putus tidak menjadi satu kesatuan. Merujuk kepada ketiga ayatpuasa Ramadhan sebagai satu kesatuan, penulislebih cenderung mendukung pendapat ulama yang menyatakan bahwa Al-Quranmewajibkannya tanpa penahapan. Memang, tidak mustahil bahwa Nabi dan sahabatnya telah melakukan puasa sunnah sebelumnya. Namun itu bukan kewajiban dari Al-Quran, apalagitidak ditemukan satu ayat pun yang berbicara tentangpuasa sunnah tertentu.



Uraian Al-Quran tentangkewajiban puasa di bulan Ramadhan, dimulai dengan satu pendahuluan yang mendorong umat islamuntuk melaksanakannya dengan baik, tanpa sedikit kekesalanpun.

Perhatikan surat Al-Baqarah (2): 185. ia dimulai dengan panggilanmesra, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa." Di sini tidak dijelaskan siapa yangmewajibkan, belum juga dijelaskan berapa kewajiban puasa itu,tetapi terlebih dahulu dikemukakan bahwa, "sebagaimana diwajibkan terhadap umat-umat sebelum kamu." Jika demikian, maka wajar pula jika umat Islam melaksanakannya, apalagi tujuan puasa tersebut adalahuntuk kepentingan yang berpuasasendiri yakni "agar kamu bertakwa(terhindar dari siksa)."



Kemudian Al-Quran dalam suratA1-Baqarah (2): 186 menjelaskan bahwa kewajiban itu bukannya sepanjang tahun, tetapi hanya "beberapa hari tertentu," itu punhanya diwajibkan bagi yang berada di kampung halaman tempattinggalnya, dan dalam keadaan sehat, sehingga "barangsiapa sakit atau dalam perjalanan," maka dia (boleh) tidak berpuasa danmenghitung berapa hari ia tidak berpuasa untuk digantikannya padahari-hari yang lain. "Sedang yang merasa sangat berat berpuasa, maka (sebagai gantinya) dia harus membayar fidyah, yaitu memberi makanseorang miskin." Penjelasan di atas ditutup dengan pernyataan bahwa"berpuasa adalah baik."



Setelah itu disusul dengan penjelasan tentang keistimewaan bulan Ramadhan, dan dari sini datang perintah-Nya untuk berpuasa pada bulan tersebut, tetapi kembali diingatkan bahwaorang yang sakit dan dalam perjalanan (boleh) tidak berpuasadengan memberikan penegasan mengenai peraturan berpuasa sebagaimana disebut sebelumnya. Ayattentang kewajiban puasa Ramadhan ditutup dengan "Allah menghendaki kemudahdn untuk kamu bukan kesulitan," lalu diakhiridengan perintah bertakbir dan bersyukur. Ayat 186 tidak berbicara tentangpuasa, tetapi tentang doa. Penempatan uraian tentang doa ataupenyisipannya dalam uraian Al-Quran tentang puasa tentu mempunyai rahasia tersendiri. Agaknya ia mengisyaratkan bahwa berdoa dibulan Ramadhan merupakan ibadah yang sangat dianjurkan, dan karenaitu ayat tersebut menegaskan bahwa "Allah dekat kepada hamba-hamba-Nya dan menerima doa siapa yangberdoa."



Selanjutnya ayat 187 antara lain menyangkut izin melakukan hubungan seks di malamRamadhan, di samping penjelasan tentanglamanya puasa yang harus dikerjakan, yakni dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.

Banyak informasi dan tuntunan yang dapat ditarik dari ayat-ayat di atas berkaitan dengan hukum maupun tujuan puasa.Berikut akan dikemukan sekelumit baik yang berkaitan denganhukum maupun hikmahnya, dengan menggarisbawahi kata atau kalimat dari ayat-ayat puasa di atas.



BEBERAPA ASPEK HUKUM BERKAITANDENGAN PUASA

A. Faman kana minkum maridha(Siapa di antara kamu yang menderita sakit)

Maridh berarti sakit. Penyakit dalamkaitannya dengan berpuasa secara garis besar dapat dibagi dua:

Penderita tidak dapaat berpuasa; dalam hal ini ia wajib berbuka; dan

Penderita dapat berpuasa, tetapi dengan mendapat kesulitan atau keterlambatan penyembuhan, maka ia dianjurkan tidak berpuasa.

Sebagian ulama menyatakan bahwapenyakit apa pun yang diderita oleh seseorang, membolehkannya untuk berbuka.Ulama besar ibnu Sirin, pernah ditemui makan di siang hari bukan Ramadhan, dengan alasan jari telunjuknya sakit. Betapa pun, harus dicatat, bahwaAl-Quran tidak merinci persolan ini. Teks ayat mencakup pemahaman ibnuSirin tersebut. Namun demikian agaknya kita dapat berkata bahwa AllahSwt. sengaja memilih redaksi demikian, guna menyerahkankepada nurani manusia masing-masing untuk menentukan sendiri apakah ia berpuasa atau tidak. Di sisi lain harus diingat bahwa orangyang tidak berpuasa dengan alasan sakit atau dalam perjalanan tetap harus menggantikan hari-hari ketika ia tidak berpuasa dalam kesempatanyang lain.



B. Aw'ala safarin (atau dalamperjalanan)

Ulama-ulama berbeda pendapattentang bolehnya berbuka puasa bagi orang yangsedang musafir. Perbedaan tersebut berkaitan dengan jarak perjalanan.Secara umum dapat dikatakan bahwa jarak perjalanan tersebut sekitar 90 kilometer, tetapi ada jugayang tidak menetapkan jarak tertentu, sehingga seberapa pun jarak yang ditempuh selama dinamai safar atau perjalanan, maka hal itu merupakan izin untuk memperoleh kemudahan (rukhshah).



Perbedaan lain berkaitan dengan 'illat (sebab) izin ini. Apakahkarena adanya unsur safar (perjalanan) atau unsure keletihan akibat perjalanan. Di sini, dipermasalahkan misalnya jarakantara Jakarta-Yogya yang ditempuh dengan pesawat kurang dari satu jam, serta tidak meletihkan, apakah ini dapatdijadikan alasan untuk berbuka atau meng-qashar shalat atautidak. Ini antara lain berpulang kepada tinjauan sebab izinini.



Selanjutnya mereka juga memperselisihkan tujuan perjalanan yang membolehkan berbuka (demikian juga qashar dan menjamak shalat). Apakah perjalanan tersebut harus bertujuan dalam kerangkaketaatan kepada Allah, misalnya perjalanan haji,silaturahmi, belajar, atau termasuk juga perjalanan bisnis dan mubah (yangdibolehkan) seperti wisata dan sebagainya? Agaknya alasan yang memasukkanhal-hal di atas sebagai membolehkan berbuka, lebih kuat, kecuali jika perjalanan tersebut untuk perbuatan maksiat, maka tentu yang bersangkutan tidak memperoleh izin untuk berbuka dan atau menjamak shalatnya. Bagaimana mungkin orang yang durhaka memperoleh rahmatkemudahan dari Allah Swt.?



Juga diperselisihkan apakah yang lebih utama bagi seorang musafir, berpuasa atauberbuka? Imam Malik dan imam Syafi'i menilai bahwa berpuasa lebih utama dan lebih baik bagi yang mampu, tetapi sebagian besar ulama bermazhab Maliki danSyafi'i menilai bahwa hal ini sebaiknyadiserahkan kepada masing-masing pribadi, dalam arti apa pun pilihannya, maka itulah yang lebih baik dan utama. Pendapat inidikuatkan oleh sebuah riwayat dari imam Bukhari dan Muslim melalui Anas bin Malik yang menyatakan bahwa, "Kami berada dalam perjalanandi bulan Ramadhan, ada yang berpuasa dan adapula yang tidak berpuasa. Nabi tidak mencela yangberpuasa, dan tidak juga (mereka) yang tidak berpuasa."



Memang ada juga ulama yangberanggapan bahwa berpuasa lebih baik bagi orang yangmampu. Tetapi, sebaliknya, ada pula yang menilai bahwa berbuka lebih baik dengan alasan, ini adalah izin Allah. Tidak baik menolak izin dan seperti penegasan Al-Quran sendiri dalam konteks puasa, "Allah menghendakikemudahan untuk kamu dan tidak menghendaki kesulitan."

Bahkan ulama-ulama Zhahiriyah dan Syi'ah mewajibkan berbuka, antara lain berdasar firman-Nya dalamlanjutan ayat di atas, yaitu:

C. Fa 'iddatun min ayyaminukhar (sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari lain).

Ulama keempat mazhab Sunnah menyisipkan kalimat untuk meluruskan redaksi di atas, sehingga terjemahannya lebihkurang berbunyi, "Barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (dan ia tidak berpuasa), maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari-hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain."



Kalimat "lalu ia tidak berpuasa" adalah sisipan yang oleh ulama perlu adanya, karenaterdapat sekian banyak hadis yang membolehkan berpuasa dalam perjalanan, sehingga kewajiban mengganti itu, hanyaditujukan kepada para musafir dan orang yang sakit tetapi tidakberpuasa.



Sisipan semacam ini ditolakoleh ulama Syi'ah dan Zhahiriyah, sehingga dengan demikian –buat mereka– menjadi wajib bagi orang yang sakit dan dalamperjalanan untuk tidak berpuasa, dan wajib pula menggantinya pada hari-hariyang lain seperti bunyi harfiah ayat di atas.



Apakah membayar puasa yang ditinggalkan itu harus berturut-turut? Ada sebuah hadis–tetapi dinilai lemah—yang menyatakan demikian. Tetapi adariwayat lain melalui Aisyah r.a. yang menginformasikan bahwa memang awalnya adakata pada ayat puasa yang berbunyi mutatabi'at, yang maksudnyamemerintahkan penggantian (qadha') itu harus dilakukan bersinambung tanpa sehari pun berbuka sampai selesainya jumlah yangdiwajibkan. Tetapi kata mutatabi'at dalam fa 'iddatun min ayyamin ukhar mutatabi'at yang berarti berurut atau bersinambung itu, kemudian dihapus oleh Allah Swt. Sehingga akhirnya ayat tersebut tanpa kata ini, sebagaimana yang tercantum dalam Mushaf sekarang.



Meng-qadha' (mengganti) puasa,apakah harus segera, dalam arti harus dilakukannya pada awal Syawal, ataukah dapatditangguhkan sampai sebelum datangnya Ramadhan berikut? Hanyasegelintir kecil ulama yang mengharuskan sesegeramungkin, namun umumnya tidak mengharuskan ketergesaan itu, walaupun diakui bahwa semakin cepat semakin baik. Nah,bagaimana kalau Ramadhan berikutnya sudah berlalu, kemudian kita tidak sempat menggantinya, apakah ada kaffarat akibat keterlambatanitu? Imam Malik, Syafi'i, dan Ahmad, berpendapat bahwa di sampingberpuasa, ia harus membayar kaffarat berupamemberi makan seorang miskin; sedangkan imam Abu Hanifah tidak mewajibkan kaffarat dengan alasan tidak dicakup oleh redaksi ayat di atas.



D. Wa 'alal ladzina yuthiqunahufidyatun tha'amu miskin (Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannyamembayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin) (QS Al-Baqarah [2]:184).

Penggalan ayat ini diperselisihkanmaknanya oleh banyak ulama tafsir. Ada yang berpendapat bahwa pada mulanya Allah Swt. memberi alternatif bagi orangyang wajib puasa, yakni berpuasa atau berbuka dengan membayar fidyah. Ada jugayang berpendapat bahwa ayat ini berbicara tentang para musafir dan orang sakit,yakni bagi kedua kelompok ini terdapat dua kemungkinan: musafir dan orang yang merasa berat untuk berpuasa, maka ketika itu dia harusberbuka; dan ada juga di antara mereka, yang pada hakikatnya mampu berpuasa, tetapi enggan karena kurang sehat dan atau dalam perjalanan, maka bagi merekadiperbolehkan untuk berbuka dengan syarat membayar fidyah.



Pendapat-pendapat di atas tidakpopuler di kalangan mayoritas ulama. Mayoritas memahami penggalan ini berbicara tentang orang-orang tua atau orang yang mempunyai pekerjaan yang sangat berat,sehingga puasa sangat memberatkannya, sedang ia tidak mempunyai sumber rezekilain kecuali pekerjaan itu. Maka dalam kondisi semacam ini.mereka diperbolehkan untuk tidak berpuasa dengan syarat membayar fidyah.Demikian juga halnya terhadap orang yang sakit sehinggatidak dapat berpuasa, dan diduga tidak akan sembuh dari penyakitnya. Termasukjuga dalam pesan penggalan ayat di atas adalah wanita-wanitahamil dan atau menyusui. Dalam hal ini terdapat rincian sebagai berikut:

Wanita yang hamil dan menyusui wajib membayar fidyah dan mengganti puasanya di hari lain, seandainya yang merekakhawatirkan adalah janin atau anaknya yang sedang menyusui.Tetapi bila yang mereka khawatirkan diri mereka, maka merekaberbuka dan hanya wajib menggantinya di hari lain, tanpa harus membayar fidyah.

Fidyah dimaksud adalah memberimakan fakir/miskin setiap hari selama ia tidak berpuasa. Ada yang berpendapat sebanyak setengah sha' (gantang) atau kurang lebih 3,125 gram gandum atau kurma(makanan pokok). Ada juga yang menyatakan satu mud yakni sekitar lima perenam liter, dan ada lagi yang mengembalikan penentuan jumlahnya pada kebiasaan yang berlaku pada setiap masyarakat.



E. Uhilla lakumlailatash-shiyamir-rafatsu ila nisa'ikum (Dihalalkan kepada kamu pada malamRamadhan bersebadan dengan istri-istrimu) (QS Al-Baqarah [2]:187)

Ayat ini membolehkan hubungan seks(bersebadan) di malam hari bulan Ramadhan, dan ini berarti bahwa disiang hari Ramadhan, hubungan seks tidak dibenarkan. Termasuk dalam pengertian hubungan seks adalah "mengeluarkan sperma" dengan cara apapun. Karena itu walaupun ayat initak melarang ciuman, atau pelukan antar suami-istri, namunpara ulama mengingatkan bahwa hal tersebut bersifat makruh, khususnya bagi yangtidak dapat menahan diri, karena dapat mengakibatkan keluarnya sperma. Menurut istri Nabi, Aisyah r.a., Nabi Saw. pernah mencium istrinya saat berpuasa. Nah, bagi yang mencium atau apa pun selain berhubungan seks, kemudian ternyata "basah", makapuasanya batal; ia harus menggantinya pada hari 1ain. Tetapimayoritas ulama tidak mewajibkan yang bersangkutan membayarkaffarat, kecuali jika ia melakukan hubungan seks (di sianghari), dan kaffaratnya dalam hal ini berdasarkan hadis Nabiadalah berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu,maka ia harus memerdekakan hamba. Jika tidak mampu juga, maka ia harusmemberi makan enam puluh orang miskin.

Bagi yang melakukanhubungan seks di malam hari, tidak harus mandi sebelum terbitnya fajar. Ia hanya berkewajiban mandi sebelum terbitnya matahari –paling tidak dalam batas waktu yang memungkinkan iashalat subuh dalam keadaan suci pada waktunya.Demikian pendapat mayoritas ulama.



F. Wakulu wasyrabu hatta yatabayyanalakumul khaith al-abyadhu minal khaithil aswadi minal fajr (Makan dan minumlahsampai terang bagimu benang putih dan benang hitam, yaitu fajar).

Ayat ini membolehkan seseoranguntuk makan dan minum (juga melakukan hubungan seks)sampai terbitnya fajar.

Pada zaman Nabi, beberapa saat sebelum fajar, Bilal mengumandangkan azan, namun beliau mengingatkan bahwa bukanitu yang dimaksud dengan fajar yang mengakibatkan larangan di atas. Imsak yang diadakan hanya sebagai peringatan dan persiapan untuk tidak lagi melakukan aktivitas yangterlarang. Namun bila dilakukan, maka dari segi hukum masih dapat dipertanggungjawabkan selamafajar (waktu subuh belum masuk). Perlu dingatkan, bahwa hendaknya kita jangan terlalu mengandalkan azan, karena boleh jadi muazin mengumandangkan azannya setelahberlalu beberapa saat dari waktu subuh. Karena itu sangat beralasan untuk menghentikan aktivitas tersebut saat imsak.



G. Tsumma atimmush shiyama ilal lail(Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam).

Penggalan ayat ini datang setelahada izin untuk makan dan minum sampai dengan datangnyafajar.

Puasa dimulai dengan terbitnya fajar, dan berakhir dengan datangnya malam.Persoalan yang juga diperbincangkan oleh paraulama adalah pengertian malam. Ada yang memahami kata malamdengan tenggelamnya matahari walaupun masih ada mega merah,dan ada juga yang memahami malam dengan hilangnya mega merah danmenyebarnya kegelapan. Pendapat pertama didukung oleh banyak hadis Nabi Saw., sedang pendapat kedua dikuatkan olehpengertian kebahasaan dari lail yang diterjemahkan "malam".Kata lail berarti "sesuatu yang gelap" karenanya rambut yangberwarna hitam pun dinamai lail.

Pendapat pertama sejalan juga dengananjuran Nabi Saw. untuk mempercepat berbuka puasa, dan memperlambat sahur pendapat kedua sejalan dengan sikap kehatian-hatian karena khawatir magrib sebenarnya belummasuk.

Demikian sedikit dari banyak aspek hukum yang dicakup oleh ayat-ayat yang berbicaratentang puasa Ramadhan.



TUJUAN BERPUASA

Secara jelas Al-Quran menyatakan bahwa tujuan puasa yang hendaknya diperjuangkan adalah untuk mencapai ketakwaan ataula'allakum tattaqun. Dalam rangka memahami tujuan tersebut agaknya perlu digarisbawahi beberapa penjelasan dari Nabi Saw.misalnya, "Banyak di antara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu daripuasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga."

Ini berarti bahwa menahan diridari lapar dan dahaga bukan tujuan utama daripuasa. Ini dikuatkan pula dengan firman-Nya bahwa "Allah menghendaki untuk kamu kemudahan bukan kesulitan."



Di sisi lain, dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman, "Semua amalputra-putri Adam untuk dirinya, kecuali puasa. Puasaadalah untuk-Ku dan Aku yang memberi ganjaran atasnya." Ini berarti pulabahwa puasa merupakan satu ibadah yang unik.Tentu saja banyak segi keunikan puasa yang dapat dikemukakan,misalnya bahwa puasa merupakan rahasia antara Allah dan pelakunya sendiri. Bukankah manusia yang berpuasa dapat bersembunyi untuk minum dan makan? Bukankah sebagai insan,siapa pun yang berpuasa, memiliki keinginan untuk makan atauminum pada saat-saat tertentu dari siang haripuasa? Nah,kalau demikian, apa motivasinya menahan diri dan keinginan itu? Tentu bukan karena takut atau segan dari manusia,sebabjika demikian, dia dapat saja bersembunyi dari pandangan mereka. Di sini disimpulkan bahwa orang yang berpuasa,melakukannya demi karena Allah Swt. Demikian antara lain penjelasan sementara ulama tentang keunikanpuasa dan maknahadis qudsi di atas.



Sementara pakar ada yang menegaskan bahwa puasa dilakukan manusia dengan berbagai motif, misalnya, protes, turutbelasungkawa, penyucian diri, kesehatan, dan sebagai-nya. Tetapi seorang yang berpuasa Ramadhandengan benar, sesuaidengan cara yang dituntut oleh Al-Quran, maka pastilah ia akan melakukannyakarena Allah semata.

Di sini Anda bolehbertanya, "Bagaimana puasa yang demikian dapat mengantarkan manusiakepada takwa?" Untuk menjawabnya terlebih dahulu harus diketahui apa yang dimaksud dengan takwa.



PUASA DAN TAKWA

Takwa terambil dari akar kata yang bermakna menghindar,menjauhi, atau menjaga diri. Kalimat perintah ittaqullah secara harfiah berarti, "Hindarilah, jauhilah, atau jagalah dirimu dari Allah"

Makna ini tidak lurus bahkanmustahil dapat dilakukan makhluk. Bagaimana mungkin makhluk menghindarkan diridari Allah ataumenjauhi-Nya, sedangkan "Dia (Allah) bersama kamu di mana pun kamuberada." Karena itu perlu disisipkan kata atau kalimatuntuk meluruskan maknanya. Misalnya kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah bertakwamengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah.



Sebagaimana kita ketahui, siksa Allahada dua macam.

Siksa di dunia akibat pelanggaran terhadap hukum-hukum Tuhan yang ditetapkan-Nya berlaku di alam raya ini, seperti misalnya, "Makan berlebihan dapat menimbulkan penyakit," "Tidak mengendalikan diri dapat menjerumuskan kepada bencana", atau "Api panas, dan membakar", dan hukum-hukum alam dan masyarakat lainnya.

Siksa di akhirat, akibat pelanggaran terhadap hukum syariat, seperti tidak shalat, puasa, mencuri, melanggar hak-hak manusia, dan 1ain-lain yang dapat mengakibatkan siksa neraka.



Syaikh Muhammad Abduh menulis,"Menghindari siksa atau hukuman Allah, diperoleh dengan jalanmenghindarkan diri dari segala yang dilarangnya serta mengikuti apa yang diperintahkan-Nya. Hal ini dapat terwujud dengan rasa takut dari siksaandan atau takut dari yang menyiksa (Allah Swt ). Rasa takut ini, pada mulanya timbul karena adanya siksaan,tetapi seharusnya ia timbul karena adanya Allah Swt. (yang menyiksa)."



Dengan demikian yang bertakwa adalah orang yang merasakan kehadiran Allah Swt. setiap saat, "bagaikan melihat-Nya atau kalau yang demikiantidak mampu dicapainya, maka paling tidak, menyadari bahwa Allah melihatnya," sebagaimana bunyi sebuah hadis.

Tentu banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut, antara 1ain dengan jalan berpuasa. Puasa seperti yang dikemukakan di atas adalah satu ibadah yang unik. Keunikannya antara lain karena ia merupakan upaya manusia meneladani Allah Swt.



PUASA MENELADANI SIFAT-SIFAT ALLAH

Beragama menurut sementara pakar adalah upaya manusiameneladani sifat-sifat Allah, sesuai dengan kedudukan manusiasebagai makhluk. Nabi Saw. memerintahkan, "Takhallaqu bi akhlaq Allah" (Berakhlaklah (teladanilah) sifat-sifatAllah).

Di sisi lain, manusiamempunyai kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhanfa'ali, yaitu makan, minum, dan hubungan seks. AllahSwt. memperkenalkan diri-Nya antara lain sebagai tidak mempunyai anak atauistri:

Bagaimana Dia memiliki anak, padahalDia tidak memiliki istri? (QS Al-An'am [6]: 101)

Dan sesungguhnya Mahatinggikebesaran Tuhan kami. Dia tidak beristri dan tidak pula beranak (QS Al-Jin[72]: 3).

Al-Quran juga memerintahkan NabiSaw. untuk menyampaikan,

Apakah aku jadikan pelindung selainAllah yang menjadikan langit dan bumi padahal Dia memberi makan dan tidakdiberi makan...? (QS Al-An'am [6]: 14).



Dengan berpuasa, manusia berupayadalam tahap awal dan minimal mencontohi sifat-sifat tersebut. Tidak makandan tidak minum, bahkan memberi makan orang lain (ketika berbuka puasa), dan tidak pula berhubungan seks, walaupun pasangan ada.

Tentu saja sifat-sifat Allah tidak terbatas pada ketiga hal itu, tetapimencakup paling tidak sembilan puluh Sembilansifat yangkesemuanya harus diupayakan untuk diteladani sesuai dengan kemampuan dankedudukan manusia sebagai makhluk ilahi. Misalnya Maha Pengasih dan Penyayang, Mahadamai, Mahakuat, Maha Mengetahui, danlain-lain. Upaya peneladanan ini dapat mengantarkan manusia menghadirkan Tuhan dalam kesadarannya, dan bila hal itu berhasil dilakukan, maka takwa dalam pengertian di atas dapat pula dicapai.



Karena itu, nilai puasa ditentukan oleh kadar pencapaian kesadaran tersebut –bukan pada sisi lapar dan dahagasehingga dari sini dapat dimengerti mengapa Nabi Saw. menyatakan bahwa, "Banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh dari puasanya kecuali rasa lapardan dahaga."



PUASA UMAT TERDAHULU

Puasa telah dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Kama kutiba 'alal ladzina min qablikum (Sebagaimana diwajibkan atas(umat-umat) yang sebelum kamu). Dari segi ajaran agama, paraulama menyatakan bahwa semua agama samawi, sama dalamprinsip-prinsip pokok akidah, syariat, serta akhlaknya. Iniberarti bahwa semua agama samawi mengajarkan keesaan Allah,kenabian, dan keniscayaan hari kemudian. Shalat, puasa, zakat, dan berkunjungke tempat tertentu sebagai pendekatan kepadaAllah adalah prinsip-prinsip syariat yang dikenal dalam agama-agama samawi. Tentu saja cara dan kaifiatnya dapat berbeda, namun esensi dan tujuannya sama.



Kita dapat mempertanyakan mengapapuasa menjadi kewajiban bagi umat islam dan umat-umat terdahulu?

Manusia memiliki kebebasan bertindak memilih dan memilah aktivitasnya, termasuk dalam hal ini, makan, minum, danberhubungan seks. Binatang –khususnya binatang-binatang tertentu tidak demikian. Nalurinya telah mengatur ketiga kebutuhan pokok itu, sehingga –misalnya– ada waktu atau musim berhubungan seksbagi mereka. Itulah hikmah Ilahi demi memelihara kelangsungan hidup binatangyang bersangkutan, dan atau menghindarkannya dari kebinasaan.



Manusia sekali lagi tidak demikian.Kebebasan yang dimilikinya bila tidak terkendalikan dapat menghambat pelaksanaan fungsi dan peranan yang harus diembannya. Kenyataan menunjukkan bahwaorang-orang yang memenuhi syahwat perutnya melebihi kadar yangdiperlukan, bukan saja menjadikannya tidak lagimenikmati makanan atau minuman itu, tetapi juga menyita aktivitas lainnya kalau enggan berkata menjadikannya lesu sepanjang hari.



Syahwat seksual juga demikian.Semakin dipenuhi semakin haus bagaikan penyakit eksim semakin digaruk semakin nyaman danmenuntut, tetapi tanpa disadari menimbulkan borok.

Potensi dan daya manusia –betapa pun besarnya– memiliki keterbatasan, sehingga apabila aktivitasnya telah digunakansecara berlebihan ke arah tertentu –arah pemenuhan kebutuhan faali misalnya– maka arah yang lain, –mental spiritual– akan terabaikan.Nah, di sinilah diperlukannya pengendalian.



Sebagaimana disinggung di atas,esensi puasa adalah menahan atau mengendalikan diri. Pengendalian ini diperlukan oleh manusia, baik secaraindividu maupun kelompok. Latihan dan pengendalian diriitulah esensi puasa.

Puasa dengan demikian dibutuhkanoleh semua manusia, kaya atau miskin, pandai atau bodoh, untuk kepentingan pribadi atau masyarakat. Tidak heran jika puasa telah dikenal olehumat-umat sebelum umat Islam, sebagaimana diinformasikan oleh Al-Quran.

Dari penjelasan ini, kita dapat melangkah untuk menemukan salah satu jawabantentang rahasia pemilihan bentuk redaksi pasif dalam menetapkan kewajiban puasa. Kutiba 'alaikumush shiyama(diwajibkan atas kamu puasa), tidak menyebut siapa yangmewajibkannya?



Bisa saja dikatakan bahwa pemilihan bentuk redaksi tersebut disebabkan karena yangmewajibkannya sedemikian jelas dalam hal ini adalah Allah Swt. Tetapi boleh jadi juga untukmengisyaratkan bahwa seandainya pun bukan Allah yang mewajibkan puasa, makamanusia yang menyadari manfaat puasa, dan akan mewajibkannya atas dirinyasendiri. Terbukti motivasi berpuasa (tidak makan atau mengendalikan diri) yangselama ini dilakukan manusia, bukan semata-mata atas dorongan ajaran agama. Misalnya demi kesehatan, atau kecantikan tubuh, dan bukankah pula kepentingan pengendalian diri disadari oleh setiap makhluk yang berakal?

Di sisi lain bukankahNabi Saw. bersabda, "Seandainya umatku mengetahui (semua keistimewaan) yangdikandung oleh Ramadhan, niscaya mereka mengharap seluruh bulan menjadiRamadhan."



KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN

Dalam rangkaian ayat-ayat yangberbicara tentang puasa, Allah menjelaskan bahwa Al-Quran diturunkan pada bulanRamadhan. Dan pada ayat lain dinyatakannya bahwa Al-Quran turunpada malam Qadar,

Sesungguhnya Kami telahmenurunkannya (Al-Quran) pada Lailat Al-Qadr.

Ini berarti bahwa di bulan Ramadhanterdapat malam Qadar itu, yang menurut Al-Quran lebih baik dari seribu bulan. Para malaikat dan Ruh (Jibril)silih berganti turun seizin Tuhan, dan kedamaian akan terasa hinggaterbitnya fajar.

Di sisi lain –sebagaimana disinggungpada awal uraian—bahwa dalam rangkaian ayat-ayat puasa Ramadhan, disisipkanayat yang mengandung pesan tentang kedekatan Allah Swt. Kepada hamba-hamba-Nya sertajanji-Nya untuk mengabulkan doa siapapun yang dengan tulus berdoa.

Dari hadis-hadis Nabi diperoleh pula penjelasan tentangkeistimewaan bulan suci ini. Namun seandainya tidak adakeistimewaan bagi Ramadhan kecuali Lailat Al-Qadr, maka halitu pada hakikatnya telah cukup untuk membahagiakan manusia

Jumat, 13 Agustus 2010

MALAPETAKA DAN BENCANA ALAM

MALAPETAKA DAN BENCANA ALAM

Dunia ini bukanlah tempat yang tenang dan tenteram. Kita semua rentan terhadap berbagai ancaman alam, baik dari luar maupun dari dalam. Meteor dan asteroid misalnya, hanyalah sebagian kecil yang mungkin menjadi ancaman terhadap bumi dari luar angkasa. Adapun bumi yang tampaknya kokoh, bagian dalamnya memiliki inti dari berbagai elemen cair. Tentu tidak berlebihan bila bagian yang tak terlihat mata ini dinamai "inti yang menyala". Memang ada pula atmosfer di sekeliling bumi, yang merupakan "perisai" terhadap ancaman-ancaman eksternal. Namun, tak ada satu pun bagian dari bumi yang kebal terhadap dampak kekuatan atmosfer seperti hujan badai atau angin topan.

Berbagai bencana alam dapat menyerang kapan saja, menyebabkan kehilangan harta dan nyawa. Gempa bumi, halilintar, banjir, kebakaran hutan, hujan asam, dan gelombang pasang, yang umum disebut bencana "alam", memiliki intensitas dan akibat yang berbeda-beda. Kesamaan dari semua bencana tersebut adalah mereka mampu dalam seketika membuat sebuah kota , berikut seluruh penghuninya, tinggal reruntuhan belaka. Yang paling penting, tak ada manusia yang memiliki kekuatan untuk melawan ataupun mencegah bencana alam ini.

Api yang disulut oleh seorang pembakar rumah di tebing kering diatas Pantai Laguna, California, memicu kebakaran kota yang paling buruk di tahun 1993. Api menghanguskan sekitar 14.000 acre (kl. 6500 ha) dan sebanyak 441 rumah. Kompleks perumahan Mystic Hill menderita kerugian terbesar, dengan 286 rumah menjadi abu.1

Kehancuran besar merupakan peninggalan dari malapetaka di semua penjuru planet ini. Sekalipun begitu, suatu bencana selalu berpengaruh hanya pada wilayah tertentu, berkat keseimbangan alam yang rumit yang diciptakan Allah. Ada perlindungan penting di bumi untuk semua makhluk hidup, termasuk manusia. Walau begitu, kemungkinan terjadinya bencana alam yang menghancurkan selalu mengintai. Allah menciptakan bencana-bencana alam itu untuk memperlihatkan pada kita betapa terkadang tempat hidup kita sangat tidak aman. Gejolak alam ini merupakan peringatan kepada seluruh umat manusia bahwa kita tak mampu mengendalikan apa pun di muka bumi ini. Demikian juga, setiap bencana alam dimaksudkan untuk mengingatkan kita pada kelemahan yang sudah melekat pada diri kita. Semua ini tentunya peringatan bagi siapa yang dapat merenungkan arti peristiwa-peristiwa itu dan mengambil pelajaran darinya.

Apa lagi yang harus dipelajari manusia dari bencana alam?

Dunia ini diciptakan khusus bagi manusia. Alasan mengapa manusia diciptakan, telah jelas sekali diterangkan dalam ayat ini:

Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya (Singgasana-Nya) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Huud, 11: 7)

"Latar" dari "ujian" ini sungguh luas, dan setiap kejadian merupakan bagian dari latar yang rumit itu. Lebih jauh lagi, tak ada fenomena alam yang terjadi tanpa sebab; semua memiliki penjelasan ilmiah. Misalnya, kekuatan gravitasi bumi membuat kita tak melayang ke angkasa; hujan jatuh saat uap air mencapai tingkat jenuh tertentu.

Hubungan sebab akibat ini juga berlaku bagi kematian, kecelakaan atau penyakit. Banyak hal yang menyebabkan mengapa seorang manusia mati, sakit, atau mengalami kecelakaan. Namun, yang terpenting bukanlah banyaknya penyebab, melainkan "ketahanujian" sistem di mana sebab-akibat ini berlangsung. Satu aspek khusus yang penting dalam sistem ini: setiap peristiwa terjadi dengan cara yang dapat dimengerti manusia. Allah memperingatkan manusia melalui bencana alam. Gempa bumi, misalnya, menyebabkan ribuan wanita dan anak-anak mati, dan lebih banyak lagi yang terluka. Mereka yang tidak memedulikan peringatan Allah cenderung menyebut kejadian seperti ini sebagai fenomena "alam" dan tak mampu memahami bahwa Allah menciptakannya untuk tujuan tertentu. Mari kita berpikir sejenak: apa yang akan terjadi bila yang mati akibat suatu gempa bumi hanyalah mereka yang berdosa pada Allah? Bila demikian, dasar yang tepat untuk "ujian" bagi umat manusia tidak akan tegak. Itulah sebabnya Allah menciptakan masing-masing fenomena dengan latar "alam". Hanya mereka yang sadar akan keberadaan Allah dan memiliki pemahaman mendalam akan ciptaan-Nyalah yang mengerti alasan ilahiah di balik tampilan "alam" ini.

Dalam ayat "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati; Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan" (QS. Al Anbiyaa', 21: 35), Allah mengatakan bahwa Dia menguji manusia baik melalui kejadian-kejadian yang baik maupun buruk.

Banyaknya orang yang menjadi korban bencana merupakan teka-teki ujian itu. Manusia harus selalu ingat bahwa Allah adalah Hakim Yang Mahatahu dan "diberi keputusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil." (QS. Az-Zumar, 39: 75)

Semua peristiwa yang terjadi pada seseorang dalam hidupnya adalah bagian dari ujian tersebut. Mereka yang benar-benar beriman akan memahami inti dari teka-teki itu. Kapan pun musibah menimpa mereka, mereka berpaling kepada Allah dan bertobat. Mereka adalah hamba Allah dan meyakini janji-Nya:

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqa-rah, 2: 155-157)

Sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut, orang yang beriman dan orang yang tidak beriman diuji dengan berbagai cara: terkadang dengan bencana alam, atau sesuatu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita, terserang penyakit atau kecelakaan. Musibah seperti itu terjadi pada individu atau sekelompok masyarakat, dan menyebabkan kerugian materi serta penderitaan batin. Bisa saja seorang yang kaya menjadi bangkrut, seorang gadis cantik mengalami luka berat di wajahnya, atau sebuah kota luluh lantak akibat gempa bumi. Hal ini memperlihatkan bagaimana setiap kejadian dapat mengubah hidup kita.

Manusia harus mampu mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian ini. Sesungguhnya, Allah tidak menciptakan apa pun tanpa tujuan; setiap bencana merupakan peringatan bagi umat manusia, dengan maksud untuk menyelamatkan manusia dari pembangkangan mereka. Dalam Al Quran, Allah berfirman bahwa tak ada yang terjadi di muka bumi ini tanpa izin-Nya:

Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghaabun, 64: 11)

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali 'Imran, 3: 145)

Pelajaran lain yang harus diambil dari bencana alam adalah bahwa manusia yang menganggap dirinya memiliki kekuatan di atas muka bumi, menyadari bahwa ia sesungguhnya lemah dan benar-benar tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi bencana yang terjadi dengan seketika atas kehendak Allah. Manusia tak dapat menolong dirinya sendiri ataupun orang lain. Tentu saja Allah-lah yang Mahakuasa. Ini dinyatakan dalam ayat berikut:

Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Menguasai atas segala sesuatu. (QS. An'aam, 6: 17)

Dalam bab ini, akan diberikan penjelasan yang menyeluruh mengenai berbagai macam bencana yang mempengaruhi bumi. Tujuannya adalah untuk mengingatkan manusia bahwa dunia ini bukanlah tempat untuk dicintai dengan membuta. Bencana-bencana alam ini menunjukkan betapa kita sangat membutuhkan petunjuk dan pertolongan Allah. Ketergantungan ini merupakan bukti nyata bahwa manusia tak berdaya di hadapan Allah, sebagaimana diungkapkan dalam ayat: "dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah." (QS. Al 'Ankabuut, 29: 22)

Gempa Bumi

Gempa bumi adalah kekuatan alam di bumi yang paling menghancurkan. Jumlah kematian terbesar terjadi saat gempa bumi. Penelitian mengungkapkan bahwa setiap dua menit suatu tempat di permukaan bumi mengalami keretakan. Berdasarkan statistik, bumi bergoncang jutaan kali dalam setahun. Rata-rata, dari jumlah jutaan itu, intensitas 300 ribu gempa tergolong gempa minor; getarannya tak terasa dan tak menyebabkan kerusakan sama sekali. Sedangkan, dua puluh gempa lainnya merupakan gempa yang sangat kuat yang menggoncangkan bumi. Namun, karena kerap kali tidak terjadi di wilayah padat penduduk, gempa bumi jenis ini tidak memakan banyak korban jiwa dan hanya menyebabkan sedikit kerugian ekonomis. Dari gempa-gempa ini, hanya lima yang menghancurkan gedung-gedung menjadi tumpukan puing-puing.

Informasi ini memperlihatkan bahwa manusia tidak sering menghadapi gempa bumi. Jelas, ini merupakan perlindungan khusus dari Allah bagi manusia terhadap bencana alam.

Di zaman kita, hanya sebuah kota atau suatu daerah yang menjadi korban gempa bumi hebat. Namun, dengan kehendak Allah, sebuah gempa bumi yang merusak seluruh bumi ini bisa terjadi kapan saja. Goncangan dahsyat seperti ini mampu mengakhiri kehidupan di muka bumi. Struktur bumi sangat rentan terhadap gempa; gerakan atau retakan yang tiba-tiba terjadi di kerak bumi ataupun lapisan di atasnya akan mengakibatkan malapetaka yang tak terhindarkan lagi.

Gempa bumi tidak memiliki hubungan dengan jenis tanah yang menguatkan efek gelombang seismik yang melintasinya. Gempa bumi tetap mungkin terjadi bahkan saat tak ada kondisi alam penyebab gempa. Atas kehendak Allah, sebuah gempa bumi dapat terjadi kapan saja. Namun, Allah menciptakan dengan khusus ketidak-kokohan dan ketidak-stabilan di beberapa bagian muka bumi. Ini untuk mengingatkan manusia bahwa, kapan pun juga, peristiwa yang tak diharapkan dapat membuat hidup mereka dalam bahaya. Dalam Al Quran, Allah memperingatkan manusia pada bencana yang mungkin terjadi:

Maka apakah orang-orang yang berbuat makar yang jahat itu merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari? (QS. An-Nahl: 45)

Pada titik ini, akan sangat bermanfaat untuk mengingat sebuah gempa bumi dahsyat, yang terjadi di abad ke-20.

Gempa bumi yang menggoncangkan bumi hanya dalam beberapa detik ini dapat terjadi berulang kali selama berjam-jam, bahkan berhari-hari. Ini tentu saja mudah bagi Allah. Bagaimanapun, dengan rahmat-Nya, Allah melindungi manusia dan dengan bencana ini mengingatkan ia selamanya bahwa ia tak memiliki kekuasaan apa pun dalam hidupnya.

Teknologi yang Dikalahkan: Kobe

Tingkat kemajuan ilmu dan teknologi masa kini membuat manusia merasa bahwa mereka dapat menguasai alam. Meski demikian, mereka yang mempercayai pikiran semacam ini mungkin akan segera merasa kecewa. Teknologi adalah alat yang disediakan Allah untuk melayani manusia dan sepenuhnya berada dalam kekuasaan-Nya. Berbagai kejadian menunjukkan bahwa teknologi tercanggih sekalipun tak mampu mengendalikan alam.

Sebagai contoh, meski telah ada "teknologi antigempa" yang dikembangkan para ilmuwan Jepang, Kobe tetap menjadi korban dari kerusakan luas yang disebabkan oleh 20 detik guncangan hebat selama gempa tahun 1995. Struktur antigempa terkuat yang dibangun untuk menahan guncangan hebat ternyata runtuh begitu saja pada gempa berkekuatan 6,9 skala Richter. Selama tiga dasawarsa sebelumnya, pemerintah Jepang telah menanamkan 40 trilyun dolar dalam riset akademis untuk mengembangkan sistem peringatan atas gempa. Namun, segala upaya ini sama sekali tidak membawa hasil yang konklusif. Semakin mendekati pergantian milenium, para ilmuwan masih belum mampu merakit sistem peringatan yang mampu mengurangi dampak destruktif peristiwa seismik yang berbahaya. Kobe merupakan sebuah contoh terkini, di antara banyak lainnya, yang menunjukkan betapa rentan sebuah kota industri modern terhadap pola tak terduga dari serangan gempa.

Kobe, kota industri terpadat kedua di Jepang dan pelabuhan terbesar setelah Tokyo. Pada jam 5:46 pagi pada 17 Januari 1995, serangkaian guncangan hebat selama dua puluh detik menyebabkan kerusakan yang mengerikan. Hanya dua puluh detik, dan hancurlah segala sesuatu yang dimiliki manusia dengan kerja keras sepanjang hidupnya.

Publik diyakinkan bahwa teknologi modern yang dikembangkan untuk memprediksi gempa besar akan menyelamatkan mereka dari kehancuran total. Namun, setelah bencana yang mereduksi Kobe menjadi tumpukan puing, jelaslah bahwa belum ada teknologi untuk memperingatkan masyarakat umum terhadap bahaya ini. Juga jelaslah bahwa apa yang disebut "struktur antigempa" tidak memiliki ketahanan apa-apa terhadap gempa yang episentrumnya berada 15 mil di barat daya pusat kota Kobe.

Wilayah yang terkena dampak gempa bumi termasuk kota-kota padat, Kobe dan Osaka. Karena itulah terjadi kehancuran yang mengerikan, membunuh 5.200 orang dan melukai 300.000 lainnya. Total kerugian diperkirakan 200 miliar dolar 2

Pada bulan Februari 1988, badai topan menyerang Florida, mengakibatkan kehancuran besar. Topan menghancurkan gedung-gedung dan melemparkan mobil-mobil ke bangunan. (di samping dan di bawah) Mobil dan perabotan rumah tangga bertebaran karena topan.

Tentu saja ada pelajaran yang dapat diambil dari bencana seperti ini. Penghuni kota , yang terbiasa hidup senang, tiba-tiba dihadapkan kepada banyak kesulitan setelah bencana tersebut. Dalam keadaan terguncang, mereka tak dapat memperkirakan apa yang akan dilakukan dengan kehidupan mereka, jangankan membuat rencana untuk masa yang akan datang.

Topan, Tornado…

Topan dan tornado adalah bencana alam yang sering dialami manusia. Bencana-bencana ini serta akibatnya merenggut ribuan nyawa setiap tahun. Keduanya adalah angin yang sangat kencang, yang dapat menyebabkan kerusakan besar pada kota-kota, membinasakan dan melukai penghuninya, melemparkan ribuan pohon, pondok, kotak telepon, mobil, dan bahkan bangunan bermil-mil jauhnya.

Topan besar biasanya akan menyebabkan gelombang laut raksasa naik tiba-tiba dari dasar laut. Dalam fenomena ini, badai yang dahsyat mengirimkan gelombang yang melaju dengan kecepatan ratusan mil per jam melintasi lautan menghantam pantai. Dalam kejadian seperti ini, air laut naik ke daratan dan hujan besar menyebabkan banjir hebat di daerah delta.

Sebuah tornado yang cukup besar untuk menyapu rumah-rumah dan mengubah kota menjadi reruntuhan.

Perubahan angin yang umumnya dirasakan begitu angin sepoi-sepoi yang sejuk menjadi badai dahsyat yang mampu memindahkan gedung tak diragukan mendorong kita untuk mencari kekuatan luar biasa yang membuat peristiwa seperti itu terjadi. Pemikiran serupa yang didiskusikan pada bagian gempa bumi juga benar untuk topan dan tornado: jika Allah mau, manusia akan dihadapkan pada berbagai bencana alam seperti itu sesering mungkin. Saat memulihkan diri dari bencana, manusia dapat tertimpa bencana lainnya. Dalam Al Quran, Allah mengingatkan manusia bahwa angin berada di bawah pengendalian-Nya:

Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang. Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (Rasul-Rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku. (QS. Al Mulk, 67: 16-18)


Pada Februari 1988, setelah topan melewati Florida, tumpukan kapal motor.

Walau demikian, Allah melindungi manusia dari bahaya. Adakalanya Dia mengirimkan kepada mereka badai yang hebat. Ini sudah tentu untuk memberi peringatan kepada manusia. Maksudnya adalah untuk mengingatkan manusia bahwa tujuan akhir mereka dalam hidup adalah untuk menjadi hamba Allah, bahwa mereka tak berdaya menghadapi kekuatan Allah dan bahwa mereka akan dihisab di Akhirat.

Gunung Berapi

Sebagaimana getaran atau guncangan bumi yang disebabkan oleh gerakan atau retakan secara tiba-tiba dari massa bebatuan yang luas di dalam kerak bumi atau lapisan atasnya, letusan gunung berapi adalah bentuk bencana alam lain yang spektakuler. Terdapat sekitar 1500 gunung berapi aktif di seluruh dunia hari ini; 550 3 di antaranya berada di daratan sementara sisanya berada di bawah lautan. Gunung berapi ini dapat meletus kapan saja dalam bentuk yang sangat destruktif yang tak seorang pun dapat mengantisipasi sebelumnya. Ketika meletus, mereka dapat membinasakan penghuni kota-kota terdekat di samping menghancurkan panen dan menutupi tanah pertanian dengan debu.

Beberapa letusan yang membawa bencana besar yang terjadi abad ini sebagaimana yang terdahulu dalam sejarah membuat kesan yang terhapuskan dalam ingatan manusia. Letusan-letusan ini menyapu banyak kota dari peta dan membinasakan banyak komunitas.

Tentu saja ada pelajaran yang didapatkan dari letusan gunung berapi yang disaksikan dalam sejarah. Gunung Vesuvius di Italia, misalnya, mengubur Pompei, sebuah kota yang penghuninya menjalani kehidupan yang penuh penyelewengan susila, di bawah badai lava panas. Sungguh mengejutkan bagaimana 20.000 warga kota yang makmur ini mengalami sesak napas oleh aliran piroklastis yang menyapunya pada tanggal 24 Agustus 79.
Namun, di jaman kita tidak aktifnya gunung berapi dapat seringkali berakhir dengan tiba-tiba dan mereka dapat meletus pada saat-saat tak terduga dengan menyemburkan uap dan abu ribuan kaki ke angkasa. Sementara itu, aliran piroklastis menyapu wilayah menyebabkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada apa pun yang ditemuinya. Dampak merugikan lainnya dari letusan adalah awan gas dan abu yang berbahaya yang dibawa angin ke wilayah berpenduduk. Angin yang mengerikan ini, terkadang sekitar 90 mil per jam, membakar segala sesuatunya dan menelan kota-kota seperti kanopi penutup cahaya matahari.



(Atas) Sebuah gunung berapi yang sedang meletus. (Bawah) Bus di tengah lautan lava mengingatkan akan bencana Pompei.

Salah satu bencana terburuk dalam sejarah terjadi pada tahun 1883 ketika Krakatau di Hindia Timur meletus dahsyat, menimbulkan gelombang suara yang terdengar hingga 3000 mil jauhnya dan menciptakan gelombang tsunami yang tingginya lebih dari 125 kaki. Gelombang meratakan 165 desa pantai dan membunuh 36.000 orang .4

Menutupi seluruh horison pada bulan Juni 1991, awan gas bercampur abu yang membakar sebuah gelombang piroklastis yang mematikan dimuntahkan dari Gunung Pinatubo dalam salah satu letusan eksplosif terhebat di abad ke-20.
Penduduk sekitar Gunung Pinatubo menggunakan payung untuk berlindung dari hujan abu.5

Gunung berapi dikenang tidak hanya karena korban meninggal yang tinggi tetapi juga karena letusannya yang luar biasa destruktif dan tak dapat diperkirakan. Letusan Nevado Del Ruiz misalnya. Letusannya kecil secara intensitas. Jika dibandingkan, intensitasnya hanya 3% dari letusan Gunung St. Helena. Setelah dorman selama 150 tahun, Nevado Del Ruiz meletus di tahun 1985 dan melelehkan salju dan es di puncaknya. Begitu menghancurkannya lahar, sungai lumpur, yang mengalir dari tebing gunung ke lembah Sungai Lagunille, sehingga sekitar 20.000 penduduk di Armero, Kolumbia binasa, terkubur di dalam lumpur panas saat mereka sedang tidur. Peristiwa ini adalah bencana gunung berapi terburuk semenjak Gunung Pelee menghancurkan kota St. Pierre pada tahun 1902. Gunung Pelee memakan 30.000 korban ketika ia mengirimkan nuee ardente, atau aliran piroklastis, ke kota St. Pierre.6

Allah memperlihatkan bagaimana dengan seketika manusia menemui kematiannya melalui bencana seperti itu dan dengannya memanggil manusia untuk merenungkan tujuan keberadaannya di muka bumi. Peristiwa-peristiwa ini menyampaikan "peringatan". Yang diharapkan dari manusia, yang dapat memahami Penciptanya yang Mahakuasa, adalah untuk tidak terlalaikan dalam urusan kehidupan yang singkat selama 50-60 tahun dan melupakan hidup yang abadi, hari akhirat. Kita hendaknya selalu ingat bahwa kematian akan datang kepada semua manusia suatu hari dan bahwa semua orang akan diadili di hadapan Allah:

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (QS. Ibrahim, 14: 48)

Tsunami

Gelombang laut seismik atau gelombang tidal disebabkan oleh naik atau turunnya lantai laut secara mendadak atau letusan vulkanis. Sebagian tsunami sama destruktifnya dengan bom atom.

Gelombang air raksasa (tsunami) terkadang dapat menelan kota-kota pantai.

BANJIR

Allah sudah pasti menciptakan semua bencana ini sebagai "peringatan" bagi manusia. Dia agung dalam kekuasaan dan menguasai segala sesuatu. Allah mempersaksikan ini dalam ayat: "Dia-lah yang bekuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu," (QS. Al An'aam, 6: 65). Keberadaan begitu banyak ancaman fisik yang serius di seluruh dunia tidak meragukan lagi memperjelas satu realitas penting. Dengan berbagai bencana, hanya dalam hitungan detik, Allah dapat mengambil kembali apa saja yang telah dianugerahkan-Nya kepada manusia. Malapetaka dapat menyerang di mana saja, kapan saja. Ini merupakan sebuah petunjuk jelas bahwa tidak ada tempat di dunia yang dapat menjamin keamanan seseorang. Allah menyatakan ini dalam ayat berikut:

Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS. Al A'raaf, 7: 97-99)

Di tahun 1997-1998, "El-Niño" mengamuk di banyak kota. Kerugian total di seluruh dunia ditaksir sekitar 20 miliar dolar. 7 (Atas) Sebuah kota diserang El-Niño Walaupun air sangat penting bagi kehidupan di bumi, banjir yang menghancurkan tetap menjadi ancaman.



Hujan es dengan kecepatan hampir 100 mil per jam menghancurkan jendela-jendela mobil di Tampa, Florida, selama hujan badai di tahun 1992 yang membawa kerugian properti sekitar 25 juta dolar.8 Atap sebuah rumah dirusak oleh batu hujan es.

Air, yang dikaruniakan-Nya kepada manusia, dapat saja suatu waktu menjadi bencana dengan kehendak Allah. Tidak terpahami bahwa manusia menyaksikan satu atau dua banjir setiap tahun dan masih saja mengacuhkan kemungkinan mengalami sendiri bencana seperti itu.

Sebuah Pelajaran dari Sejarah: Titanic

Sejarah penuh dengan kisah orang-orang yang mengandalkan diri pada terobosan teknologi dan sepenuhnya mengabaikan kekuasaan Allah. Justru karena itulah banyak bencana telah terjadi sepanjang sejarah sebagai pelajaran yang pahit bagi siapa saja. Masing-masing dari peristiwa ini penting dalam artian mengingatkan manusia bahwa baik kekayaan ataupun kekuatan, sains maupun teknologi tidak memiliki daya untuk menolak kehendak Allah.

Banyak contoh dari peristiwa seperti ini dapat diberikan. Yang paling diketahui adalah Titanic yang terkenal, sebuah kapal samudra besar dengan tinggi 55 meter dan panjang 275 meter, yang karam hampir 90 tahun yang lalu. Titanic, yang dimaksudkan sebagai "hinaan terhadap alam", adalah projek raksasa yang melibatkan sebuah tim insinyur dan lima ribu pekerja. Hampir semua orang benar-benar yakin bahwa kapal ini tidak akan pernah tenggelam. Kapal samudra merupakan karya besar teknologi dengan banyak kemajuan teknik yang meninggalkan batasan zamannya. Namun mereka yang mengandalkan prowess teknis kapal itu tidak mempertimbangkan satu fakta yang dinyatakan dalam ayat, "Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku," (QS. Al Ahzab, 33: 38) dan bahwa setiap orang cepat atau lambat akan menjumpai takdirnya. Akhirnya, sebuah kekeliruan kecil menyebabkan kapal itu tenggelam dan teknologi maju tidak dapat menyelamatkan Titanic dari akhirnya yang pahit.

Dari apa yang diceritakan mereka yang selamat, kebanyakan penumpangnya berkumpul di dek untuk berdoa ketika mereka menyadari kapal itu akan segera karam. Dalam banyak bagian Al Quran, kecenderungan perilaku manusia ini diulang-ulang. Pada saat-saat kesulitan besar dan bahaya, manusia dengan tulus berdoa dan meminta pertolongan dari Penciptanya. Namun, setelah diselamatkan dari bahaya, mereka segera berpaling tanpa rasa syukur:

Tuhanmu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu. Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih. Maka apakah merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkirba-likkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? Dan kamu tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi kamu; atau apakah kamu merasa aman dari dikembalikan-Nya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin topan dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami. (QS. Al Isra', 17: 66-69)

Seseorang mungkin tidak pernah mengalami bencana seperti itu, namun dia seharusnya ingat bahwa pada suatu ketika seseorang mungkin mendapati hidup dilucuti hingga ke dasar-dasarnya. Karena itu, manusia seharusnya selalu menyibukkan diri dengan mengingat Allah karena "kekuatan seluruhnya adalah milik Allah." (QS. Al Baqarah, 2: 165) Di lain pihak, begitu malapetaka menyerang, seseorang mungkin tidak mempunyai kesempatan untuk mengubah kelakuannya yang tidak bersyukur kepada Allah dan bertobat kepada-Nya. Kematian dapat datang sangat seketika:

Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan dekatnya kebiasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman selain kepada Al Quran itu? (QS. Al A'raaf, 7: 185)



Berbagai perabotan dan barang yang digunakan di Titanic. Bersama kapal penumpang besar ini, semua perlengkapan ini ikut terkubur di kedalaman samudra. Kini, sangat sedikit orang di dunia yang masih ingat para pemilik barang-barang ini.

Dengan Kasih Sayang Allah

Maka masing-masing Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. Al Ankabuut, 29: 40)

Pembahasan sejauh ini dimaksudkan untuk mengingatkan mereka yang melupakan tujuan penciptaan mereka akan sebuah fakta penting: segala sesuatu di bumi diadakan oleh Allah, Sang Pencipta semesta alam materi. Dengan kata lain, keberadaan segala sesuatu adalah akibat dari kehendak Allah. Karenanya, tidak ada yang memiliki keberadaan terpisah dari Allah. Al Quran mengungkapkan kepada kita bahwa tidak ada yang berada di luar pengendalian Allah: "Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya." (QS. Yusuf, 12: 21)

Namun begitu, sebagaimana Allah menjelaskan dalam bagian kedua ayat tersebut, kebanyakan manusia tidak menyadari hal ini. Mereka beranggapan, selama perjalanan hidup mereka, bahwa tidak ada kemalangan apa pun yang akan menimpa mereka, tidak pernah memikirkan bahwa mereka pun rentan terhadap bencana-bencana yang menghancurkan tersebut. Kita merasa bahwa "orang lain" mengalami peristiwa yang mengerikan itu dan "kita" akan selalu hidup dalam keselamatan. Berita tentang bencana, kecelakaan atau wabah tentu membuat kita bersimpati terhadap mereka yang tertimpa. Kita tentu merasakan kesedihan mereka; namun, begitu bencana menyusut di dalam ingatan, kita menjadi kurang peduli dan perilaku sedemikian terbukti menjadi minat yang berlalu bagi kita. Begitu kita membenamkan diri ke dalam arus kehidupan sehari-hari atau menghadapi berbagai masalah pribadi, kita segera mengembangkan rasa apati dan mengabaikan mereka yang telah mengalami bencana.

Namun demikian, anggapan bahwa setiap hari dalam kehidupan seseorang akan senantiasa sama adalah keliru. Hal ini nyata dari peringatan Allah. Sudah tentu, mereka yang tertimpa bencana tidak mengetahui bahwa bahaya alam akan mencerai-beraikan kehidupan mereka. Mereka tentu saja mengawali hari itu sebagaimana biasa, berpikir bahwa hari itu akan sama dengan sebelumnya. Namun, ternyata sebaliknya yang terjadi. Kemungkinan besar, tidak pernah terpikir oleh mereka bahwa pada hari khusus itu akan terjadi perubahan drastis dalam kehidupan mereka, yang akan mengubah hidup mereka menjadi perjuangan berbahaya. Pada kesempatan sedemikian, hidup menyusut kepada kebenarannya yang paling sederhana. Tentu saja, beginilah Allah mengingatkan manusia bahwa rasa aman di dunia ini adalah palsu.

Namun, kebanyakan manusia tidak memperhatikan hal ini. Mereka lupa bahwa hidup itu singkat dan sementara, dan mengabaikan bahwa mereka akan diadili di hadapan Allah. Pada keadaan lalai ini, mereka menghabiskan hidup mereka dengan mengejar keinginan sia-sia, bukannya hidup untuk ridha Allah.

Dipandang dari poin ini, kesulitan adalah sebuah bentuk kasih sayang Allah. Allah menunjukkan sifat sebenarnya dari dunia ini dan mendorong manusia bersiap untuk kehidupan selanjutnya. Karena inilah, apa yang disebut sebagai kemalangan sebenarnya merupakan kesempatan yang ditawarkan oleh Allah. Berbagai kemalangan ini ditimpakan kepada manusia sehingga mereka dapat bertobat dan memperbaiki tingkah laku mereka. Pelajaran yang hendaknya diambil dari bencana-bencana tersebut disebutkan dalam sebuah ayat:

Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? (QS. At-Taubah, 9: 126)

xx

1. National Geographic, July 1988, hal.29
2. H.J.de Blij, M.H.Glantz, S.L.Harris, Restless Earth, The National Geographic Society, 1997, hal.8
3. H.J.de Blij, M.H.Glantz, S.L.Harris, Restless Earth, The National Geographic Society, 1997, hal.8
4. H.J.de Blij, M.H.Glantz, S.L.Harris, Restless Earth, The National Geographic Society, 1997, hal.64
5. H.J.de Blij, M.H.Glantz, S.L.Harris, Restless Earth, The National Geographic Society, 1997, hal.18-19
6. H.J.de Blij, M.H.Glantz, S.L.Harris, Restless Earth, The National Geographic Society, 1997, hal.64
7.The Guinness Book of Amazing Nature, hal.60
8. H.J. de Blij, M.H. Glantz, S.L. Harris, Restless Earth, The National Geographic Society, 1997, hal.105

xx


































Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Search Tool