Sabtu, 07 Agustus 2010

NIKMAT ATAU ISTIDRAJ

Entri Blog ISTIDRAJ
Oleh KH.Yusuf Supendi,Lc



Rasulullah saw bersabda:”Jika engkau melihat Allah memberikan kepada seseorang tentang keduniaan yang dicintainya berdasarkan kemaksiatan, itulah yang disebut Istidraj”. Kemudian Rasulullah saw membacakan firman Allah swt: ”Maka tatkala mereka melupakan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS Al An’aam (6): 44) dan (HR.Imam Ahmad, Ibnu Jarir, dan Abu Hatim).

Dari ‘Ubadah Bin Shamit, Rasulullah saw bersabda:”Jika Allah menghendaki suatu kaum untuk tetap dan berkelanjutan, atau tumbuh berkembang, maka Allah memberikan rizki kepada mereka dengan tujuan memelihara kesucian diri. Jika Allah menghendaki suatu kaum untuk dimusnahkan, maka dibukakan bagi mereka pintu untuk berkhianat.” Firman Allah swt “…Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya…” QS Al An’aam (6): 44-45 (HR.Abu Hatim dan Imam Ahmad).

Ayat tersebut mengandung dua makna, yaitu kewajiban meninggalkan kezaliman yang berakibat siksa yang berkepanjangan, dan kewajiban memuji Allah. Sebuah tindakan kezaliman akan berakibat pada kerusakan secara terus menerus dan terpangkasnya unsur-unsur kebaikan. Kewajiban meninggalkan kezaliman dapat berupa memberikan peringatan dan kabar gembira, perbaikan dan reformasi secara menyeluruh, serta bersih dari rasa takut dan sedih, kecuali takut kepada Allah dan mengadu kepada-Nya seperti dinyatakan dalam Qur’an Surat 12: 86.

Allah swt telah membuat suatu perumpamaan dengan umat yang terdahulu untuk kita jadikan pelajaran dan sebagai bukti nyata. Kesulitan hidup termasuk sunnatullah yang akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya agar mereka kembali ke jalan dan petunjuk-Nya, yaitu dengan menyeru ke jalan tauhid dan beribadah kepada Allah, sehingga dapat mendekatkan diri dan takut kepada-Nya. Namun, mereka tidak menerima dan meresponnya. Oleh karena itu, Allah menguji mereka dengan penghidupan yang lapang, atau penghidupan yang sempit. Tatkala Allah mengutus para rasul kepada mereka untuk memberikan peringatan dan kabar gembira, mereka inkar. Lalu Allah membukakan bagi mereka pintu-pintu rizki, beranekaragam kesenangan, kehidupan mewah, kesehatan, keamanan dan lainnya yang mereka sukai. Sehingga tatkala mereka bersukaria dengan apa yang mereka raih, baik itu harta kekayaan, anak-anak, dan rizki, mereka menjadi lalai. Lalu Allah menyiksa dan memusnahkan mereka. Akhirnya mereka frustasi untuk mendapatkan kebaikan dan keselamatan. Inilah yang disebut Istidraj.

Kesulitan dalam menempuh kehidupan dunia merupakan pelajaran dan nasihat. Mendapatkan kekuasaan dan keleluasaan hidup dan kemewahan bisa terjadi istidraj dan awal sanksi, atau azab dari Allah, seperti yang dinyatakan oleh dalam firman-Nya, ”Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya mentaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS Al Israa’ (17): 16)

Bagi seseorang yang beriman kepada Allah, tidak boleh terperdaya oleh nikmat, kesenangan, dan kemenangan, melainkan harus sabar dalam menghadapi ujian, musibah, dan malapetaka. Hal ini sebagaimana yang dimaksud dalam hadits Rasulullah saw: ”Suatu keajaiban bagi mukmin bahwasanya, segala sesuatu tetap merupakan kebaikan. Jika mendapatkan kebaikan ia bersyukur, itulah yang terbaik, dan jika mendapatkan kesulitan ia bersabar, itulah yang terbaik” (HR.Muslim dari Shuhaeb).

Kenikmatan, kesenangan, atau kemenangan bagi seseorang tidak serta merta merupakan kebaikan. Bisa saja kenikmatan, kesenangan, dan kemenangan tersebut diikuti dengan kemaksiatan. Itulah yang disebut Istidroj. Allah swt berfirman, ”Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.” (QS Al Qalam (68): 45).

Akhir-akhir ini muncul krisis kepercayaan dari sebagian masyarakat terhadap partai politik, lembaga yudikatif, eksekutif, dan para pemimpin senior. Apabila bermunculannya para pemimpin muda merupakan istidraj, tetapi mereka tidak dapat memberikan pelayanan yang memuaskan publik, akan berakibat pada terjadinya krisis kepercayaan yang berkembang ke semua lini, dan masyarakat pun akan bertambah apatis dalam menetukan pemimpin lokal dan nasional.

Semoga ujian secara individu, umat, masyarakat, dan negara dapat mengantarkan kepada keamanan, dan tidak mengakibatkan kehancuran, kebinasaan, dan kerusakan mental spiritual dalam tatanan kehidupan politik, ekonomi, dan sosial bangsa kita. Wallahu ‘Alam.
Tag: hikmah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Search Tool